PENGELOLAAN HIJAUAN PAKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingnya
ketersediaan bahan pakan untuk ternak mendasari pemikiran peternak untuk
menekan pengeluaran di bidang pakan tanpa harus mengurangi kualitas maupun
kuantitas hasil ternak. Hal terpenting dalam menunjang kebutuhan pakan adalah
dengan membuat atau memproduksi bahan pakan sendiri. Memproduksi bahan pakan
hijauan sendiri membutuhkan suatu lahan. Pengolahan lahan tanaman pakan adalah
faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun suatu lahan pakan. Tahap awal
pengolahan lahan tanaman pakan adalah melakukan pembersihan, pembajakan dan
penggaruan, selain itu perawatan yang meliputi penyiangan dan penyiraman, dosis
pemupukan, cara penanaman, jarak tanam, dan interval pamotongan (defoliasi)
juga harus diperhatikan, jenis tanaman juga dapat mempengaruhi perlakuan
penanaman bahan pakan pada lahan.
Tujuan
praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Pengelolaan Hijauan
Pakan diharapakan mahasiswa mengetahui cara pengolahan lahan yang benar,
mahasiswa mampu memilih bahan tanam yang sesuai, mahasiswa mengetahui cara
menanam tanaman pakan dengan benar, mahasiwa mengetahui jarak tanam yang tepat,
mahasiswa mampu memupuk dengan benar, mahasiswa mengetahui interval pemotongan
yang tepat, serta mahasiswa mampu memprediksi produksi hijauan pakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hijauan Pakan
Hijauan pakan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi
ternak. Hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar
dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak
sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak
hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah
populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan
untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Saat musim
penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat
musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama
sekali (Akoso, 2000). Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap
sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha
perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman
rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat
genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian kekurangan
akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung
pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan (Kanisius, 2001).
Makanan hijauan
merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk
daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa
dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Hijauan yang diberikan ke ternak yaitu hijauan
segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari
hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Hijauan kering adalah
hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut
juga dengan jerami kering (Edo, 2012). Hijauan segar dan hijauan kering dapat
dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik
dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat
memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi
kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan
ternak untuk mendapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi, maka perlulah
tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi,
pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu
(pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi oleh ternak
(Edo, 2012).
2.1.1. Jagung
Tanaman jagung
termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. Secara umum, klasifikasi dan
sistematika tanaman jagung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung merupakan
tanaman asli dari Benua Amerika. Tanaman pangan ini adalah makanan utama orang
Indian. Daerah yang sebagai asal tanaman jagung adalah Meksiko karena di tempat
tersebut telah ditemukan janggel dan biji jagung dalam gua-gua suku Indian
(Purwono dan Purnamawati, 2007). Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang
terdiri dari tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara.
Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar
tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah
permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2007). Akar udara adalah akar yang keluar
dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar
jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah.
Batang jagung tidak
bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas.
Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang
jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm.
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri
dari 8-48 helai, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu 5
kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus
batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula.
Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk
kedalam kelopak daun dan batang. Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal
sehingga disebut bunga tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak
sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga
jantan jagung terdapat di ujung batang. Bunga betinanya terdapat di ketiak daun
ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.
Penyerbukan jagung
terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel di rambut
tongkol. Jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (cross pollinated crop).
Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain dan jarang terjadi
penyerbukan berasal dari tanaman sendiri. Biji jagung tersusun rapi pada
tongkol dan satu tongkol terdapat sekitar 200-400 biji. Biji jagung terdiri 3
bagian yaitu bagian paling luar biji jagung disebut pericarp, bagian atau
lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji, dan bagian
paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2007).
Produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tempat
tumbuh atau tanah, air, dan iklim. Oleh karena itu, agar tanaman jagung dapat
tumbuh dengan baik dan menghasilkan tongkol, diperlukan tempat penanaman dan
iklim sesuai syarat tumbuh, jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan
persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya (Purwono dan Hartono ,2007).
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan
pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi.
2.1.2. Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)
Pennisetum purpureum atau
rumput gajah adalah tanaman tahunan, dengan cirri-ciri tumbuh tegak, mempunyai
perakaran yang dalam, dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun.
Karangan bunga mempunyai panjang 8–30 cm dan lebar 1,5–3 cm dengan warna
kuning, coklat kekuningan, atau ungu (Soedomo, 2001). Panjang batang rumput
dapat mencapai 2–7 m dengan buku dan kelopak berbulu. Helai daun mempunyai
panjang 30–90 cm dengan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan
berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri et al., 2000).
Rumput
gajah berasal dari Nigeria dan tersebar luas di seluruh Afrika tropik. Rumput
gajah biasa dikembangbiakkan dengan stek, batang dan mampu tumbuh baik pada
tanah ringan sampai berat. Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinnggian 0–3000 m
di atas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebasar 1000 mm atau
lebih (Reksohadiprodjo, 2004). Rumput gajah memiliki perakaran dalam dan
menyebar sehingga mampu menahan erosi serta dapat berfungsi untuk menutup
permukaan tanah (Soegiri et al, 2000). Rumput
gajah cukup baik dibuat silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat
digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah karena cukup aditif terhadap keasaman
tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan air.
Rumput gajah di daerah tropis lembab Afrika dengan irigasi yang baik mampu
berproduksi 290 ton rumput segar/ha/tahun (Soegiri et al, 2000).
2.2. Teknik Budidaya Tanaman
Istilah teknik budidaya
tanaman di turunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya dan tanaman.
Teknik memiki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan
budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman menunjukan pada
pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah
melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses
menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan
sumberdaya tertentu. Teknik budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan pengairan, penyiraman, defoliasi (Najiyanti
et al., 2001).
2.2.1. Pengolahan Tanah
Pengolahan lahan dapat dilakukan
dengan cara khusus dan konvensional. Cara khusus contohnya dengan teknik
memotong lereng, searah kontur, searah lereng dan teras. Cara konvensional
dapat dilakukan dengan langkah membersihkan lahan-lahan (land clearing),
pembajakan (ploughing), dan penggaruan (harrowing) (Najiyanti et al., 2001). Pengolahan lahan yang
perlu diperhatikan lingkungan fisik tanah, pengaruh cahaya, dan temperatur guna
memperoleh produksi rumput yang baik (Mas’ud, 2002).
Cara budidaya hijauan pakan dimulai dengan adanya
pengolahan lahan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena tanpa air tanaman
tidak dapat mengambil unsur hara dan memindahkan ke seluruh jaringan sebagai
bahan baku dalam proses fotosintesa (Najiyanti et al., 2001). Pengolahan lahan memerlukan tahapan antara lain
persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pengairan dan penyiangan
(Mas’ud, 2002). Pengaturan air dimaksudkan agar daerah perakaran tanaman cukup
mendapat air selama pertumbuhanya. Curah hujan yang cukup dan merata dalam
tiap-tiap bulan sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pengairan hendaknya
diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Mas’ud, 2002).
2.2.2. Penanaman
Perbaikan cara
bercocok tanam diupayakan dengan menerapkan sistem pertanaman. Sistem
pertanaman dibedakan atas sistem pertanaman tunggal dan sistem pertanaman
campuran. Sistem pertanaman tunggal (monocropping)
adalah cara penanaman pada lahan pertanian yang dalam jangka waktu tertentu
hanya ditanami satu jenis tanaman sehingga hanya terjadi persaingan sejenis.
Sistem pertanaman campuran (multiplecropping)
adalah penanaman dua atau lebih tanaman yang ditanam bersama (Soetardi, 2009).
Terdapat beberapa
bentuk multilecropping antara lain
yaitu penanaman dua atau lebih jenis tanaman tanpa pengaturan jarak tanam, row intercropping yaitu penanaman dua
atau lebih jenis tanaman secara serempak dengan satu tanaman yang ditanam dalam
barisan, stripe intercropping yaitu
penanaman dua atau lebih tanaman secara serempak pada bidang yang cukup luas
yang masih diperoleh menurut persyaratan dalam lahan yang sama, relay intercropping yaitu penanaman
dua atau lebih tanaman secara beruntun pada sebagian daur hidup masing-masing
jenis tanaman dan interplanting yaitu
penanaman tanaman semusim diantara tanaman keras yang tinggi (Soetardi, 2009).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa keuntungan penerapan sistem pertanaman
campuran antara lain memperbaiki atau mempertahankan kesuburan tanah terutama
bila menggunakan leguminosa, meningkatkan pendapatan petani, mengurangi resiko
kegagalan panen, memperbaiki mutu hijauan pakan karena protein dan kadar
mineralnya tinggi, serta dapat membatasi pertumbuhan rumput pada saat tertentu,
terutama di daerah tropis yang memiliki kelembaban rendah (Soetardi, 2009).
Penanaman hijauan dapat dilakukan dengan menggunakan
biji, stek atau plos. Umumnya stek ditanam dalam lajur-lajur, pols dalam lubang
atau biji dalam tanaman (Soetardi, 2009). Penanam benih perlu diperhatikan
jarak tanam, kedalaman tanam dan arah lajur penanaman. Jarak tanam akan
mempermudah penyiangan dan pemberian pupuk. Jarak tanam mempengarui populasi
tanaman, pengguanan air serta zat hara sehingga berpengaruh pada hasil tanam.
Jarak dalam barisan dan antar barisan menentukan kerapatan yang mempengaruhi
penampilan dan produksi tanama, terutama dikarenakan koefisien penggunaan
cahaya. Kedalaman tanam dipengaruhi oleh tipe perkecambahan, kandungan air dan
oksigen tanah. Apabila keping biji mucul ke atas permukaan tanah maka penanaman
harus di lakukan lebih dangkal untuk efisien dalam penggunaan cahaya. Penanaman
dengan arah baris timur barat lebih baik dari pada arah utara selatan
(Kuswandi, 2003).
2.2.3. Pemupukan
Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah
dengan maksud untuk memperbaiki sifat tanah menjadi sifat fisika, sifat kimia
dan sifat biologi tanah (Rismunandar, 2004). Pupuk adalah semua atau
keseluruhan bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang
anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah dari dalam tanah
dan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor
keliling atau lingkungan yang baik (Sutejo dan Kartasapoetra, 2007).
Pemupukan dilakukan untuk menambah hara tanah, sehingga
tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi, dijelaskan pula
pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah, karena sisa pemupukan saat itu
merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya (Poerwowidodo, 2001). pupuk biasanya diberikan pada tanah tetapi
dapat pula diberikan melalui daun dan batang sebagai larutan (Lingga, 2000)
Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara tanah sehingga tanaman menjadi
subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi. Pemupukan akan mempertahankan
kesuburan tanah karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi
tanaman selanjutnya.
Produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis
perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan
peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal. Pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) setelah penanaman
dinilai baik, hingga pada saat penyeragaman dan pemupukan sesuai dosis
perlakuan (Kurnia, 2004). Hal ini
ditunjang dengan kondisi iklim selama penelitian yaitu curah hujan cukup
tinggi, suhu harian antara 26,00-39,60 oC, dan kelembaban udara yang cukup
tinggi yaitu 80,00-94,00%. Penanaman dengan menggunakan sistem tiga strata
tanpa pemupukan produksi segar rumput gajah adalah 2,14 kg/m2 (Manaw, 2005).
2.3.4. Pengairan
Pengairan atau irigasi merupakan proses pemberian air
pada tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kegiatan pengairan meliputi
penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, mengalirkannya melalui
saluran-saluran ke tanah atau lahan pertanian, dan membuang kelebihan air ke
saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air
hujan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan tanaman (Kurnia, 2004).
Secara umum, pengairan berguna untuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur
suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam
yang larut atau asam-asam tinggi, membersihkan kotoran atau sampah dalam
saluran air, dan menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu dan
hama penyakit. Dalam pengairan dikenal istilah pemakaian air konsumptif dan
kebutuhan air tanaman. Pemakaian air konsumptif (consumptive water use) adalah jumlah air tanaman pada suatu areal
pertanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, pembentukan
jaringan tanaman dan diuapkan dari permukaan tanah dan air (Arsyad, 2001).
2.3.5. Penyiraman
Faktor pengairan menjadi sangat
penting karena pengairan yang baik dan benar dapat meningkatkan produksi
tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian (Lingga, 2000). Pemenuhan
kebutuhan air bagi tanaman dapat dilakukan salah satunya melalui irigasi.
Sistem irigasi berdasarkan cara pemberiannya dibedakan menjadi tiga,
diantaranya adalah sistem pengairan di atas air tanah yaitu dengan cara
mengalirkan dan menggenangkan di atas tanah, sistem pengairan dibawah air tanah
yaitu dengan cara pengaliran dan penggenangan dibawah tanah, sistem penyiraman
yaitu sistem pemberian air dengan cara melakukan penyemprotan sehingga jatuhnya
air ke tanah dan tanaman berbentuk butiran menyerupai hujan menggunakan alat
gembor, pipa berlubang, selang dan sprinkler (Najiyanti et al., 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengairan
adalah keteraturan jumlah air yang diberikan sehingga fluktuasi jumlah total
tidak terlalu besar, pemberian air secara kontinyu atau secara terus–menerus tanpa
menunggu tanaman kekeringan (Lingga, 2000).
Air berfungsi untuk memindahkan unsur
hara ke seluruh jaringan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesa (Najiyanti
et al., 2001). Pengolahan lahan
memerlukan tahapan antara lain persiapan lahan, penanaman, pemupukan,
penyiraman, pengairan dan penyiangan. Pengaturan air dimaksudkan agar daerah
perakaran tanaman cukup mendapat air yang selama pertumbuhanya. Curah hujan
yang cukup dan merata pada seluruh bagian dalam tiap bulan membantu pertumbuhan
tanaman. Pengairan hendaknya diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Mas’ud,
2002).
2.3.6. Defoliasi
Defoliasi adalah pemotongan bagian tanaman di permukaan tanah, baik
oleh manusia ataupun oleh hewan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam defoliasi
adalah frekuensi tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, pemotongan
paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan (Najiyanti et al., 2001). Kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung
berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan
mendukung proses fotosintesis pada tanaman (Najiyanti et al., 2001). Pemotongan
pada tanaman pakan ternak akan menyebabkan sebagian tanaman tersebut kehilangan
sebagian batang atau daunnya dan bila pemotongan sering dilakukan, terutama
pada awal pertumbuhan maka akan menekan pertumbuhan serta perkembangan akar
yang akan menyebabkan penurunan ketegaran dan merubah jenis tanaman menjadi
kurang bergizi (Rismunandar, 2004).
Pemotongan paksa adalah pemotongan atau
pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia
secara mekanik ataupun oleh renggutan hewan. Pemotongan rumput gajah sebaiknya
dilakukan 10–15 cm diatas permukaan tanah dari pangkal tanaman. Pemotongan pada
musim penghujan dilakukan setiap 30–50 hari sedangkan pemotongan pada musim
kemarau setiap 50–60 hari (Reksohadiprodjo, 2004). Pemotongan paksa dapat
mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan menghambat terbentuknya tunas baru
bahkan terkurasnya cadangan makanan pada tanaman. Pemotongan pada tanaman pakan
akan menyebabkan tanaman tersebut kehilangan sebagian batang atau daunnya dan
bila pemotongan seiring dilakukan terutama pada awal pertumbuhan maka akan
menekan pertumbuhan serta perkembangan akar yang akan menyebabkan penurunan
kekokohan dan menurunkan kandungan gizinya. Tanaman pakan sebaiknya dipotong
pada akhir fase pertumbuhan generatif karena cadangan pada akar cukup untuk
pertumbuhan kembali, bunga belum terbentuk dengan sempurna (Harjadi, 2006). Fotosintesis menyediakan baik berupa karbon maupun energi bagi
organisme hidup dan menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua
bentuk kehidupan aerobik. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan
senyawa organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil
(Sutopo,
2005).
Pemotongan paksa dilakukan pada
waktu tanaman masih muda, batang dan daunnya masih mengandung air. Tujuan
potong paksa adalah menstimulir pertumbuhan, memperbanyak anakan dan menyeragamkan
pertumbuhan berikutnya. Regrowth terjadi setelah dilakukan pemotongan
sehingga hasilnya dapat berproduksi. Rumput setelah dipotong akan tumbuh lagi
dan diambil hasilnya untuk pakan ternak (Reksohadiprodjo, 2004). Tanaman akan
mengalami pertumbuhan kembali setelah dilakukan potong paksa. Potong paksa yang
paling baik dilakukan pada periode vegetatif sehingga karbohidrat dalam tanaman
masih mencukupi untuk proses pertumbuhan kembali (Soegiri et al., 2000).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Pengelolaan
Hijauan Pakan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 April 2013 sampai dengan
hari Jumat tanggal 21 Juni 2013 di Lahan Penanaman dan Laboratorium Ilmu
Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi
yang digunakan dalam praktikum Pengolahan Hijauan Pakan adalah tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum), biji jagung, pupuk SP36, pupuk urea dan
pupuk KCL. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, gunting,
timbangan, kantong sempel, ember dan penggaris.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah menyiapkan lahan
dengan cara mencangkul dan menyiramnya. Membuat petak ukuran 3x3 m untuk rumput
gajah dan ukuran 2x2 m untuk tanaman jagung. Menanam rumput dengan jarak tanam
1 meter dan jagung dengan jarak tanam 0,5 meter. Penanaman dimulai setengah
jarak tanam dari tepi petak. Rumput gajah menggunakan bahan tanam stek dan
jagung dengan menggunakan bahan tanam biji. Memupuk tananaman untuk pertama
kali bersamaan dengan waktu tanam untuk semua tanaman dengan menggunakan pupuk
urea, SP36, KCL sesuai dengan dosis anjuran. Memupuk urea sebanyak 3 kali,
diawal penanaman, tengah dan akhir, untuk SP36 dan KCL hanya 1 kali. Menyiangi
tanaman setiap minggu dan melakukan penyiraman sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Mengamati pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan
di setiap minggunya. Memanen tanaman pada akhir masa vegetatif yaitu pada umur
70 hari, kemudian menghitung produksi segar dan bahan kering hijauannya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Teknik Budidaya Tanaman
Istilah
teknik budidaya tanaman di turunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya
dan tanaman. Teknik budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan, penanaman,
pemupukan pengairan, penyiraman, defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001)
yang menyatakan bahwa teknik memiki arti pengetahuan atau
kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan
hasil. Kata tanaman menunjukan pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan
manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya
tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk
agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tertentu.
4.1.1. Pengolahan lahan
Berdasarkan praktikum
yang dilakukan pengolahan lahan yang dilakukan dengan cara konvensional yang di
lakukan dengan langkah buat petak ukuran
3 x 3 m untuk rumput gajah dan 2 x 2 m untuk jagung, kemudian
membersihkan tanaman liar yang ada di sekitar petak, membuat gundukan sebagai
area penanaman. Hal ini sesuai dengan Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa pengolahan lahan secara
konvensional dapat dilakukan dengan langkah membersihkan lahan-lahan (land
clearing), pembajakan (ploughing), dan penggaruan (harrowing). Mas’ud
(2002) menambahkan bahwa pengolahan lahan memerlukan tahapan antara lain
persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pengairan dan penyiangan.
Pengaturan air dimaksudkan agar daerah perakaran tanaman cukup mendapat air
selama pertumbuhanya.
4.1.2. Penanaman
Penanaman hijauan dilakukan dengan biji untuk tanaman jagung dan
stek atau plos untuk rumput gajah. Stek ditanam dalam lajur-lajur dan biji
dalam lubang. Sesuai pendapat Soetardi (2009) yang menyatakan bahwa umumnya
penanaman tanaman dapat dilakukan dengan stek yang di tanam dalam lajur-lajur,
pols dalam lubang atau biji dalam tanaman. Penanam benih di beri jarak tanam
yaitu 1 x 1 m untuk rumput gajah dan 0,5 x 0,5 m untuk jagung dengan kedalaman
tanam dan arah lajur penanaman yang disesuaikan. Jarak tanam akan mempermudah
penyiangan dan pemberian pupuk. Jarak tanam mempengarui populasi tanaman,
pengguanan air serta zat hara sehingga berpengaruh pada hasil tanam. Jarak
dalam barisan dan antar barisan menentukan kerapatan yang mempengaruhi
penampilan dan produksi tanama, terutama dikarenakan koefisien penggunaan
cahaya. Kedalaman tanam dipengaruhi oleh tipe perkecambahan, kandungan air dan
oksigen tanah. Apabila keping biji mucul ke atas permukaan tanah maka penanaman
di lakukan lebih dangkal untuk efisien penggunaan cahaya. Penanaman dilakukan
dengan arah utara selatan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Kuswandi (2003)
yang menyatakan bahwa penanaman dengan arah baris timur barat lebih baik dari
pada arah utara selatan karena apabila keeping biji muncul ke atas permukaan
tanah lebih efisien dalam penggunaan cahayanya.
4.1.3. Pemupukan
Pemupukan urea dilakukan sebanyak tiga kali, pupuk SP36
dan KCL hanya 1 kali. Menurut Poerwowidodo (2001), pemupukan dilakukan untuk
menambah hara tanah, sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan
mengurangi erosi, dijelaskan pula pemupukan akan mempertahankan kesuburan
tanah, karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman
selanjutnya. Menurut Lingga (2000) pupuk biasanya diberikan dapat pula
diberikan melalui daun dan batang sebagai larutan. Pemupukan dilakukan untuk
menambah unsur hara tanah sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya
akan mengurangi erosi. Pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah karena
sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya.
Kurnia (2004) menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena
dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu
dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi
yang optimal, pada lahan ukuran 2 x 2 pada Pertumbuhan jagung dengan dosis
pupuk urea sebanyak 92 kh/ha, SP36 dengan dosis 72 kg/ha, KCL dengan dosis 100
kg/ha. Pada lahan ukuran 3 x 3 pada pertumbuhan rumput gajah dengan dosis pupuk
urea sebanyak 92 kh/ha, SP36 dengan dosis 72 kg/ha, KCL dengan dosis 100 kg/ha.
Hal ini ditunjang dengan kondisi iklim selama penelitian yaitu curah hujan
cukup tinggi, suhu harian antara 26,00-39,60 oC, dan kelembaban udara yang
cukup tinggi yaitu 80,00-94,00%. Menurut Manaw (2005), penanaman dengan
menggunakan sistem tiga strata tanpa pemupukan melaporkan produksi segar rumput
gajah adalah 2,14 kg/m2.
4.1.4. Pengairan
Berdasarkan praktikum yang
telah di lakukan pengairannya menggunakan air sungai. Pengairan atau irigasi
merupakan proses pemberian air pada tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Kegiatan pengairan meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya,
mengalirkannya melalui saluran-saluran ke tanah atau lahan pertanian, dan
membuang kelebihan air ke saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk
memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu
diperlukan tanaman (Kurnia, 2004). Secara umum, pengairan berguna untuk
mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan
atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam tinggi,
membersihkan kotoran atau sampah dalam saluran air, dan menggenangi tanah untuk
memberantas tanaman pengganggu dan hama penyakit. Dalam pengairan dikenal
istilah pemakaian air konsumptif dan kebutuhan air tanaman. Pemakaian air
konsumptif (consumptive water use)
adalah jumlah air tanaman pada suatu areal pertanaman yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan transpirasi, pembentukan jaringan tanaman dan diuapkan dari
permukaan tanah dan air (Arsyad, 2001).
4.1.5. Penyiraman
Berdasarkan praktikum penyiraman di
lakukan pada sore hari, penyiraman menjadi sangat penting bagi pengolahan
lahan, penyiraman yang baik dan benar atau secara optimal dapat meningkatkan
produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000) yang menyatakan
bahwa faktor penyiraman menjadi sangat penting karena penyiraman yang baik dan
benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah
pertanian. Penyiraman dilakukan secara merata ke seluruh tanaman. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mas’ud (2002) curah hujan ang menyatakan bahwa yang
cukup dan merata pada seluruh bagian dalam tiap bulan membantu pertumbuhan
tanaman. Pengairan hendaknya diberikan sampai daerah perakaran tanaman.
4.1.6. Defoliasi
Berdasarkan hasil praktikum Defoliasi untuk rumput
dilakukan saat tanaman umur 70 hari atau 2 bulan 10 hari. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Reksohadiprodjo, (2004) yang menyatakan bahwa pemotongan rumput
pada musim penghujan dilakukan setiap 30–50 hari sedangkan pemotongan pada
musim kemarau setiap 50–60 hari, pemotongan pada jagung di lakukan setiap 3
bulan sekali sedangkan pengambilan hijauaanya di lakukan 60-70 hari. Pemotongan
tanaman dengan menyisakan bagian tanaman kira-kira 5 cm di atas tanah. Sesuai
pendapat Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa faktor yang perlu
diperhatikan dalam defoliasi adalah frekuensi tinggi rendahnya batang tanaman
yang ditinggalkan, pemotongan paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan, kecepatan
pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa
untuk menangkap cahaya.
4.2. Pertumbuhan Rumput Gajah
4.2.1. Pertambahan Jumlah Daun
Sumber:
Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Grafik 1. Jumlah Daun Rumput Gajah
Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh bahwa, jumlah daun meningkat dari awal minggu
pertama hingga minggu kesepuluh. Hasil defoliasi pertama atau pengurangan
jumlah daun sebelum penanaman dapat mengakibatkan peningkatan daya tumbuh daun,
pertumbuhan daun harus segera ditingkatkan mengingat fungsi daun yang sangat
penting yaitu sebagai media fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Najiyanti et al. (2001) bahwa
kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun
yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis. Dengan
pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan pertumbuhan
aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai untuk
mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat.
Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan
untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, Hal ini sesuai dengan pensapat Sutopo (2005)
bahwa fotosintesis menyediakan baik berupa
karbon maupun energi bagi organisme hidup dan menghasilkan oksigen dalam
atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan aerobik. Fotosintesis
merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari bahan anorganik dengan
bantuan sinar matahari dan klorofil.
4.2.2. Pertambahan Tinggi Tanaman
Sumber :
Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Grafik 2. Tinggi Rumput Gajah
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada minggu
ke minggu tinggi tanaman bertambah dengan sangat cepat, ini karena pengaruh
pupuk yang diberikan bersamaan dangan proses penanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soedomo (2001) bahwa pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur
hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan
bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk
yang mengandung unsur hara primer (N, P, K), Secara umum fungsi kalium bagi
tanaman yaitu membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam
pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan
reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan
meristem, fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel, fungsi Nitrogen bagi
pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Sesuai
dengan pendapat Najiyanti et al.
(2001) bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan
jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis.
Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan
pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai
untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat.
Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan
untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.3. Pertumbuhan Jagung
4.3.1. PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN
Sumber :
Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013
Grafik 3. Jumlah Daun Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh bahwa, jumlah daun meningkat dari awal minggu pertama hingga minggu
sepuluh. Hasil defoliasi pertama atau pengurangan jumlah daun sebelum penanaman
dapat mengakibatkan peningkatan daya tumbuh daun, pertumbuhandaun harus segera
ditingkatkan mengingat fungsi daun yang sangat penting yaitu sebagai media
fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung
berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan
mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu
parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan
kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu
kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi
yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan
fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutopo (2005) bahwa fotosintesis
menyediakan baik berupa karbon maupun energi bagi organisme hidup dan
menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan
aerobik. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari
bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil.
4.3.2. Pertambahan Tinggi Tanaman
Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Hijauan
Makanan Ternak, 2013.
Grafik 4. Tinggi Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada minggu
ke minggu tinggi tanaman bertambah dengan sangat cepat, ini karena pengaruh
pupuk yang diberikan bersamaan dangan proses penanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soedomo (2001) bahwa pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur
hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan
bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk
yang mengandung unsur hara primer (N, P, K), Secara umum fungsi kalium bagi
tanaman yaitu membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam
pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan
reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan
meristem. Fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel. Fungsi Nitrogen bagi
pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Sesuai
dengan pendapat Najiyanti et al.
(2001) yang menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung
berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan
mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu
parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan
kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu
kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi
yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis,
dengan fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.4. Produksi Rumput Gajah
4.4.1. Produksi Bahan Segar
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 7. Produksi Bahan Segar
Produksi (kg/m2)
|
BS kg/ha
|
1,5
|
270000
|
Sumber: Data
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan rata-rata
produksi hijauan tiap rumpun tanaman adalah 1,5 kg dengan pengambilan 1 kg
untuk sampel BK dengan masing-masing rumpun menggunakan produksi hijauan
sebanyak 12,5 gr dari defoliasi hari ke 70 setelah tanam. Hasil p roduksi BS
yaitu 1,5 kg/m2 atau 15.000 kg/ha. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pendapat
Manaw (2005) yang menyatakan bahwa penanaman tanpa menggunakan pemupukan
melaporkan produksi segar rumput gajah adalah 2,14 kg/m2. Kurnia (2004)
menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis perlakuan
pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan
peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal. Faktor lain yang membuat produksi rendah adalah pengairan yang kurang
maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000)yang menyatakan bahwa
faktor pengairan menjadi sangat penting karena pengairan yang baik dan benar
dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian.
primer praktikum produksi
4.4.2. Produksi Bahan Kering
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 8. Produksi Bahan Kering
Produksi (kg/m2)
|
BK kg/ha
|
24,04
|
2404,5
|
Sumber: Data primer
praktikum produksi hijauan makanan ternak.
Hasil praktikum didapatkan hasil bahwa produksi bahan
kering rumput gajah setelah di oven sebesar 17 gr, maka diperoleh produksi
bahan kering rumput gajah sebesar 10.151,527 kg BK/tahun/ha. Kandungan bahan
kering yang tinggi diduga karena adanya perbedaan lokasi penanaman, waktu dan
iklim saat penanaman hingga panen, serta umur rumput gajah yang masih muda saat
di defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansyur et al. (2004) yang
menyatakan bahwa proporsi BK yang dikandung oleh rumput berubah seiring dengan
umur tanaman, makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya,
begitu sebaliknya jika umur tanaman masih muda maka akan lebih banyak kandungan
airnya.
4.5. Produksi Jagung
4.5.1. Produksi Bahan Segar
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 9. Produksi Bahan Segar
Produksi (kg/m2)
|
Produksi (kg/ha)
|
3
|
120000
|
Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan
Ternak, 2013
Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan rata-rata produksi hijauan tiap rumpun tanaman adalah 0,75
kg dengan pengambilan 1 kg untuk sampel BS dengan masing-masing jagung
menggunakan produksi hijauan sebanyak 250 gr dari defoliasi hari ke 70 setelah
tanam. Hasil produksi BS yaitu 1,5 kg/m2 atau 120.000 kg/ha. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan pendapat Manaw (2005) yang menyatakan bahwa penanaman tanpa
menggunakan pemupukan melaporkan produksi segar jagung adalah 2,05 kg/m2.
Kurnia (2004) menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena
dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu
dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi
yang optimal. Faktor lain yang membuat produksi rendah adalah pengairan yang
kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000) yang menyatakan
bahwa faktor pengairan menjadi sangat penting karena pengairan yang baik dan
benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah
pertanian.
4.5.2. Produksi Bahan Kering
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 10. Produksi Bahan Kering
Produksi (kg/m2)
|
BK kg/ha
|
0,33
|
13200
|
Sumber: Data primer
praktikum produksi hijauan makanan ternak.
Hasil praktikum didapatkan hasil bahwa produksi bahan
kering rumput gajah setelah di oven sebesar 11 gr, maka diperoleh produksi
bahan kering jagung sebesar 1.601,49 kg BK/tahun/ha. Kandungan bahan kering
yang tinggi diduga karena adanya perbedaan lokasi penanaman, waktu dan iklim
saat penanaman hingga panen, serta umur tanaman yang masih muda saat di
defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansyur et al. (2004) yang
menyatakan bahwa proporsi BK yang dikandung oleh rumput berubah seiring dengan
umur tanaman, makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya,
begitu sebaliknya jika umur tanaman masih muda maka akan lebih banyak kandungan
airnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan jagung dan rumput gajah
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari
mutu atau kualitas bibit, sedangkan faktor eksternalberasal dari lingkungan
meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan. Pertumbuhan jagung dan rumput gajah
tiap minggunya semakin bertambah, dan pertambahan daunnya juga bertambah.
5.2. Saran
Dalam melaksanakan praktikum
mahasiswa harus lebih rajin dalam melakukan pengamatan tiap minggunya dan dalam
proses pengovenan agar lebih lama supaya mendapatkan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2001. Pengawetan tanah dan air. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Harjadi, S. 2006. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Kurnia, U. 2004. Penetapan Pemakaian Air Konsumptif dan
Kebutuhan Air Irigasi pada beberapa Varietas Tanaman Padi Sawah. Tesis Fakultas Pertanian,
IPB. Bogor.
Lingga , P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mas’ud. 2002. Teknologi Pengolahan Tanah. Angkasa,
Bandung.
Najiyanti, S dan Danarti. 2001. Petunjuk Mengairi dan
Menyiram Tanaman. Penebar Swadaya,Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 2004. Produksi Tanaman Hijauan
Makanan Ternak Tropik. Edisi ke tiga. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Rismunandar, 2004. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Edisi
Pertama. Sinar Baru Bandung.