![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif)
PENDAHULUAN
Analisis kuantitatif adalah suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui kadar suatu zat. Analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu
sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai
konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
di analisis.
Analisis dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu
kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya. Dalam cabang ilmu
kimia, analisis berarti peguraian bahan menjadi senyawa-senyawa penyusunnya
yang kemudian dapat dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi (susunan)
bahan tesebut. Analisis Kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel.
Tujuan praktikum analisis kuantitatif adalah untuk mengenal
metode analisa kuantitatif dan menentukan kadar asam cuka. Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan mampu mengenal metode analisis kuantitatif dan menerapkannya dalam
menentukan kadar asam cuka.
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang
ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konstituen
yang diinginkan atau analit. Jika analisis itu merupakan lebih dari sekitar 1% dari
sampel, maka analisis itu dianggap sebagai konstituen utama (major) dianggap konstituen kecil (minor), jika banyaknya antara 0,01 – 1% dari sampel.
Akhirnya, suatu zat yang hadirnya kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen
rumutan (trace). Bila tersedia sampel
seberat lebih dari 0,1 gram, analisa tersebut disebut makro, analisis semi makro
dilakukan terhadap sampel yang beratnya antara 10- 100 mg, analisis mikro sampel
yang beratnya 1- 10 mg, dan analisis ultramikro pada orde 1 mikrogram (1 µg =
106 g) (Day and Underwood, 2002).
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
Larutan yang diketahui
konsentrasinya ini disebut dengan larutan baku. mengukur volume larutan tersebut harus
ditambahkan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan baku ke dalam
larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi
(Day dan Underwood, 2002). Analisa kuantitatif merupakan suatu analisa yang digunakan
untuk mengetahui kadar suatu zat dalam suatu larutan (Iginato Tinoco, 2002).
2.2. Macam-macam
Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif dibagi menjadi tiga yaitu analisis
volumetri, gravametri, idiometri, asidimetri dan alkalimetri.
2.2.1. Volumetri
Volumetri merupakan suatu metode
analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan teliti. Proses penambahan larutan standar
ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut
titrasi. Tujuan dari analisis volumentri adalah untuk menentukan banyaknya suatu
zat dalam volume tertentu. Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari reaksi
netralisasi, reaksi
pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks, dan
reaksi redoks. Volumetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan
yang akan ditentukan konsentrsainya. Reaksi-reaksi dalam volumetri misalnya
reaksi netralisasi HCl dengan NaOH yang menghasilkan NaCl dan H2O,
reaksi pengendap AgNO3 dengan NaCl yang menghasilkan AgCl dan NaNO3,
reaksi reduksi-oksidasi 2FeCl3 dengan SnCl2 yang
menghasilkan 2FeCl2 dan SnCl4 (Aisyah, 2009).
2.2.2. Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan
bagian analisa kuantiatif untuk menentukan jumlah zat berdasarkan pada
penimbangan dari hasil reaksi setelah bahan atau analit yang dianalisis
diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi dapat berupa gas atau
suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis dan residu. Gravimetri
adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa
garam–garam klorida. dapat dilakukan dengan cara evaluasi direaksikan sehingga
timbul suatu gas caranya dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan
dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari.
Cara pengendapan, dalam cara pengendapan bahan direaksikan, sehingga terjadi
suatu endapan dan endapan itu akan ditimbang (Vogel, 2013).
2.2.3. Idiometri
Idiometri ialah
salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan larutan
kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebaskan dengan titrasi
kembali dengan mempergunakan natrium kosulfat (Vogel, 2013). Iodo termasuk
titrasi redoks (reduksi dan oksidasi). Iodium merupakan reaksi oksidasi yang
jauh lebih lemah daripada kalium permanganate. Senyawa kalium iodide merupakan
suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat, lebih kuat dari Iodometri. Akan
tetapi, banyak reaksi oksidasi lebih kuat untuk bereaksi dengan ion Iodida
secara sempurna (Day and Underwood, 2002).
2.2.4. Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri adalah
pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah
asam atau garam (Burhan Bungin, 2003). Titrasi Asidimetri-Alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa (Day
and Underwood, 2002).
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
MATERI DAN METODE
Praktikum Kimia Dasar dengan materi Analisis Kuantitatif
dan Karbohidrat dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 06 Oktober 2013 pukul
13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis
kuantitatif antara lain buret yaitu tempat untuk
mentitrasi larutan, erlenmeyer 100 ml sebagai tempat larutan, pipet volume 10 ml untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil
larutan dalam jumlah kecil, filler atau karet penghisap untuk menghisap larutan, labu ukur untuk tempat larutan, klem dan statif sebagai
penjepit.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum analisis kuantitatif adalah Asam Oksalat (H2C2O4).2H2O,
NaOH 0,1 N, Fenolftalein (PP) 1%, asam cuka (CH3COOH).
3.2. Metode
3.2.1. Standarisasi
NaOH dengan larutan asam oksalat standar
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
memasukkan Asam
Oksalat
ke dalam buret, memipetkan
10 ml NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein. Menitrasi dengan Asam Oksalat standar sampai warna merah
indikator tepat hilang. Mencatat
volume Asam
Oksalat
yang diperlukan. Melakukan
titrasi sebanyak 2 kali,
dan menghitung
konsentrasi NaOH yang sesungguh.
3.2.2. Penetapan
kadar
asam
cuka
Metode yang digunakan adalah memasukkan NaOH yang telah diketahui
konsentrasinya ke dalam buret, mengambil
10 ml asam cuka “sukasari”, mengencerkan menjadi 250 ml dengan labu
takar, memipetkan 10 ml asam cuka yang telah
diencerkan,
memasukkan
ke dalam 2 tabung erlenmeyer
yang berbeda, menambahkan
5 tetes indikator Fenolftalein dan mengaduknya. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul
warna merah muda yang tetap. Mengulangi
titrasi 2 kali lagi untuk erlenmeyer
yang lain. Mencatat volume NaOH yang diperlukan dan
menghitung kadar asam cuka.
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam
Oksalat Standar
Berdasarkan praktikum Standarisasi NaOH dengan Larutan
Asam Oksalat Standar diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan NaOH dengan
Larutan Asam Oksalat Standar
Volume Asam Oksalat (ml)
|
|
Titrasi
I Titrasi II Rata-rata
|
9,8 ml
9,5 ml
9,56 ml
|
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
Pada perhitungan
harga normalitas NaOH diperoleh hasil 0.123 N. Padahal pada kenyataannya harga
normalitas NaOH adalah sebesar 0.1 N. Ketidaksamaan hasil perhitungan itu
disebabkan oleh kesalahan saat menentukan titik akhir titrasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan bahwa perubahan warna
tidak selalu tepat pada saat titik ekuivalen tercapai. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Rivai (2006) yang menyatakan bahwa dalam praktiknya titrasi dilakukan
dengan menggunakan indikator yang perubahan warnanya menunjukan akhir titrasi,
tidak mesti tepat pada titik ekuivalen tetapi sebaliknya mungkin terjadi pada
nilai pH yang berbeda. Normalitas NaOH yang diperoleh dari hasil praktikum
sudah mendekati harga normalitas sesungguhnya.
Berdasarkan
praktikum pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka diperoleh hasil sebagai berikut
:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka
Volume
NaOH (ml)
|
|
Titrasi I Titrasi II Rata-rata
|
14,3 ml
16,1 ml
5,2ml
|
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
Berdasarkan hasil
praktikum diperoleh bahwa hasil perhitungan kadar asam cuka adalah sebesar 22,002%. Larutan asam cuka
yang dititrasterjadi perubahan warna imenjadi merah karena mencapai titik
ekuivalen. Hal ini sesuai dengan pendapat Iginato Tinaco (2002) yang menyatakan bahwa titik ekuivalen itu telah
tercapai apabila telah terjadi perubahan warna. Hasil perhitungan kadar asam
cuka “Sukasari” yaitu sebesar 22,002% berbeda dengan kadar asam cuka yang
tertera pada kemasan yaitu sebesar 10%. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan
kesalahan pada saat titrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood
(2002) yang menyatakan bahwa menggunakan buret dengan penyetelan nol otomatis
dengan alat pengalir ketidak- pastian pembacaan buret, penyetelan titik nol dan
penempatan titik akhir titrasi.
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.gif)
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan praktikum analisis kuantitatif proses titrasi
dipengaruhi oleh larutan standar, indikator, dan saat pencapaian ekuivalen yang
menetukan ketepatan titik akhir titrasi. Hasil perhitungan normalitas NaOH
berbeda dengan harga normalitas NaOH yang sesungguhnya. Pada penentuan kadar
asam cuka diperoleh kadar cuka Sukasari yang masih jauh dari kadar Sukasari
yang tertera pada kemasan.
5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah agar
praktikan lebih teliti saat melakukan percobaan dan pastikan alat yang
digunakan bekerja dengan baik sebelum melakukan pratikum, dalam melakukan
percobaan harus sesuai dengan prosedur yang seharusnya agar hasil percobaan
yang dilakukan memperoleh hasil yang akurat.
![](file:///C:/Users/Windows/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.gif)
Aisyah, Siti. 2009. Kimia organik. Universitas Terbuka, Jakarta.
Buku Ajar Vagel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik:Jakarta:EGC
Hal 864.Connell,Dows.Don Gregery
J.Miller
Bungin, Burhan. 2003. Analisis
Data Penelitian Kuantitatif. Pustaka Media, Jakarta.
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta
Iginato, Tinaco. 2002.Physycal
Chomistry Principles and Applications In Biological Science.Gramedia,
Jakarta
Mulyono, P.
2006. Membuat Reagen Kimia. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Rivai, Harrizul.
2006. Asas Pemeriksaan Kimia.Universitas Indonesia, Jakarta.
Coin Casino | Best Casino Online | Bonus Code
BalasHapus› casino › casino Play the best slots, roulette, blackjack & other popular casino 인카지노 games. ⭐ หาเงินออนไลน์ Best Coin Casino Games ✓ 100% Bonus up 1xbet to $1600.