![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5_Z-LtCwDgsY5eK0Qhyphenhyphen-xdMclLtwzWoftXT_AftcK2jVrWg11suAmsmpEWQY1Y1xS1c9FZFYfTSvk58Ffw2wnAKGMm4O0ukx5LfIPfxC0g1l0pz6MfONmXa4QTQ_uG1Z0mGAJrubCCXc/s400/UNGGAS.jpg)
BAB
I
MATERI
DAN METODE
Praktikum Fisiologi Ternak dengan
materi pengenalan anatomi organ digesti yang dilaksanakan pada hari selasa, 1
april 2014, pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia,
Fakultas Peternakan dan Pertanian,Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1. MATERI
Bahan
yang yang digunakan dalam praktikum Anatomi Organ Digesti adalah awetan organ
pencernaan ruminansia, pseudoruminansia dan monogastrik sebagai objek
pengamatan. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris, yang berfungsi
untuk mengukur panjang dan lebar setiap preparat awetan organ pencernaan,
sarung tangan lateks dipakai untuk melindungi kulit tangan praktikan sampai
pergelangan dari bahaya cairan formalin untuk preparat, masker dipakai untuk
melindungi praktikan dari bau menyengat saat melakukan pengamatan, alat tulis
untuk mencatat data panjang dan lebar setiap organ yang diamati, serta berfungsi
untuk menggambar organ secara urut dari awal sampai akhir, kamera digunakan
untuk mendokumentasi foto organ pencernaan untuk hasil dan pembahasan.
1.1.
METODE
Metode
dilakukan dengan cara meletakkan preparat awetan organ pencernaan satu persatu ke
atas trash bag yang sudah disediakan, mengurai preparat menurut urutan
pencernaan dari esophagus sampai ke anus, mengukur setiap organ dengan
penggaris kemudian mencatat dalam buku dengan alat tulis dan menggambarnya
sesuai urutan pencernaan, mendokumentasikan organ pencernaan dengan kamera.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan kambing yang sebagai hewan
ruminansia maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Keterangan :
- Esofagus
- Rumen
- Retikulum
- Omasum
- Abomasum
- Usus
- halus
- Sekum
- Usus besar
- Rektum
Berdasarkan
hasil pengamatan saluran pencernaan ruminansia organ pencernaan kambing menunjukan
bahwa ukuran yang paling besar adalah rumen karena rumen merupakan organ
pencernaan yang menyimpan pakan dan di dalamnya terjadi fermentasi oleh
mikroba, tidak hanya rumen tetapi retikulum juga memfermentasikan pakan dengan
bantuan mikro organisme, hal ini sesuai dengan pendapat Mujamdar (2001) yang
menyatakan bahwa rumen dan reticulum bekerja bersama-sama sebagai tempat utama
bagi berlangsungnya proses fermentasi, kedua bagian perut ini berisi jutaan
mikroba yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Pendapat tersebut
juga sesuai dengan pendapat Limbang (2002) yang menyatakan bahwa rumen
mempunyai fungsi sebagai lokasi proses fermentasi nutrient / zat makanan,
tempat terjadinya proses absorbsi dari hasil akhir fermentasi (VFA) yang
mekanisme absorbsinya untuk masing-masing asam lemak yang berbeda, begitu juga
reticulum yaitu tempat absorbsi hasil akhir fermentasi seperti VFA yang belum
sempat diabsorbsi di rumen akan diabsorbsi di dalam reticulum.
2.2. SALURAN PENCERNAAN PSEU-DORUMINANSIA
Berdasarkan
hasil pengamatan saluran pencernaan pseudoruminansia yang dilakukan pada organ
pencernaan kelinci maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Keterangan
:
1.
Esofagus
2.
Lambung
3.
Usus
halus
4.
Sekum
5.
Usus
besar
6.
Rektum
7. Anus
Berdasarkan hasil
pengamatan dapat dilihat perbedaan dari organ pencernaan dari kelinci yaitu
ukuran sekum yang relatif besar, karena didalamnya terjadi fermentasi setelah
pakan mengalami pencernaan secara mekanik di lambung, hal ini sesuai dengan
pendapat Ryan Masanto dan Ali Agus (2014) yang menyatakan bahwa kelinci termasuk
hewan pseudoruminansia, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat
dengan baik, binatang ini memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi
hanya terjadi di sekum.
2.3.
SALURAN PENCERNAAN NON RUMINANSIA
Berdasarkan pengamatan saluran
pencernaan non ruminansia yang dilakukan pada ternak ayam dapat diperoleh hasil
sebagai berikut : Keterangan :
1.
Esophagus
2.
Crop
3.
Proventiculus
4.
Gizzard
5.
Usus halus
6.
Usus besar
7.
Sekum
8.
Kloaka
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan dapat diketahui bahwa
ayam memiliki organ pencernaan yang tidak dimiliki oleh hewan ruminansia yaitu
adanya crop atau tembolok, proventikulus, gizzard dan seka. Tembolok merupakan
bagian modifikasi esophagus yang berfungsi sebagai penyimpanan makanan
sementara terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa crop atau
tembolok merupakan bagian yang melebar di salah satu sisi kerongkongan yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara. Proventikulus merupakan
perut kelenjar sedangkan gizzard adalah organ yang memecah pakan, hal ini
sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa proventikulus
disebut juga perut kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk
mencerna protein dan lemak dan empedal atau gizzard disebut juga perut maskular
yang merupakan kepanjangan dari proventikulus, fungsi utama empedal adalah
memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnnnya dengan air.
2.4. PERBEDAAN ANTARA RUMINANSIA,
PSEU-DORUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
Dari
ketiga jenis hewan yang diamati dalam pembahasan mengandung beberapa organ yang
membedakan hewan yang satu dengan yang lainnya, yang merupakan ciri dan fungsi
menurut kebutuhan akan mencerna pakan yang dikonsumsi seperti hujauan dan
biji-bijian, berikut perbedaan organ dengan fungsi utama.
Ruminansia
memiliki 4 lambung yang terdiri dari rumen, reticulum, omasum dan abomasum.
Pada rumen terjadi fermentasi yang dilakukan oleh mikroba, begitu juga dengan
retikulum, namun pada retikulum hanya membantu mengabsorbsi hasil akhir fermentasi
yang dilakukan di rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujamdar (2001) yang
menyatakan bahwa rumen dan reticulum bekerja bersama-sama sebagai tempat utama
bagi berlangsungnya proses fermentasi, kedua bagian perut ini berisi jutaan
mikroba yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Pendapat tersebut
juga sesuai dengan pendapat Limbang (2002) yang menyatakan bahwa rumen
mempunyai fungsi sebagai lokasi proses fermentasi nutrient / zat makanan,
tempat terjadinya proses absorbsi dari hasil akhir fermentasi (VFA) yang
mekanisme absorbsinya untuk masing-masing asam lemak yang berbeda, begitu juga
retikulum yaitu tempat absorbsi hasil akhir fermentasi seperti VFA yang belum
sempat diabsorbsi di rumen akan diabsorbsi di dalam retikulum.
Kelinci merupakan
herbivora yang memakan hijauan yang memiliki satu lambung, berbeda dengan
ruminansia yang memfermentasikan pakan sebelum pencernaan secara mekanin, pada
kelinci pakan dicerna secara mekanik terlebih dahulu baru pakan masuk ke sekum
yang besar untuk di fermentasikan, hal ini sesuai dengan pendapat Masanto dan Agus
(2014) yang menyatakan bahwa kelinci termasuk hewan pseudoruminansia, yaitu hewan
herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik, ternak ini
memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi tersebut hanya terjadi di
sekum.
Ayam memiliki organ
pencernaan yang tidak dimiliki oleh hewan ruminansia dan pseudoruminansia yaitu
adanya crop atau tembolok, yang berfungsi sebagai penyimpan pakan sementara dan
terjadinya pencampuran dengan air untuk membantu pelunakan biji-bijian,
proventikulus dan gizzard. Proventikulus merupakan perut kelenjar sedangkan
gizzard adalah organ yang memecah pakan, hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta
(2004) yang menyatakan bahwa proventikulus disebut juga perut kelenjar yang
mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Gizzard
disebut juga perut maskular yang merupakan kepanjangan dari proventikulus,
fungsi utama gizzard adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnnnya
dengan air.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum tentang sistem pencernaan pada ternak ruminansia,
pseudoruminansia dan monogastrik dapat disimpulkan bahwa sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari
esophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus kecil, sekum, usus besar dan
anus. Pada ternak ruminansia, lambung dibagi menjadi 4 bagian yaitu rumen, retikulum,
omasum dan abomasum. Sedangkan pada ternak pseudoruminansia terdiri dari esophagus,
lambung, usus halus, sekum, usus besar dan anus. Saluran pencernaan dimulai dari
mulut dimana di dalam mulut, pakan mengalami penghancuran pertama dengan cara pengunyahan
secara mekanis oleh gigi menuju esophagus. Kemudian makanan menuju ke lambung dan
di lambung terjadi proses enzimatis. Setelah itu, makanan menuju ke usus halus dan
di teruskan ke sekum lalu menuju ke usus besar dan selanjutnya ke anus. Pada
ternak pseudoruminansia hanya memiliki lambung tunggal dan sederhana. Lalu pada
monogastrik pencernaan di mulai dari esophagus, crop atau tembolok, proventikulus,
gizzard, usus kecil, seka, usus besar dan kloaka.
DAFTAR PUSTAKA
Limbang,
K.N. 2002. Ilmu Ternak Ruminansia (Sapi Perah). Universitas Diponegoro.
Semarang.
Masanto,R. dan A. Agus. 2014. Beternak Kelinci Potong.
Wisnu Hijau. Depok.
Mujamdar. 2001. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna,E.,
dan U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
Yuwanta,T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar