Kamis, 26 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PERKECAMBAHAN

ACARA PERKECAMBAHAN



BAB I

PENDAHULUAN

                 Perkecambahan merupakan suatu aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat dari suatu embrio dalam perkembangan biji menjadi tanaman muda. Kecepatan perkecambahan banyak dipengaruhi oleh serapan air, aktivitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit, terbentuknya tanaman kecil dan usaha memperkuat tanaman kecil tersebut. Perkecambahan biji tergantung viabilitas benih, kondisi lingkungan dan usaha pemecahan dormansi. Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau simbol dari suatu permulaan dan merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dengan kegunaan terpentingnya sebagai penyambung dari kehidupan suatu tanaman.

            Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak pada praktikum skarifikasi mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh skarifikasi terhadap persentase perkecambahan berbagai leguminosa pakan, dapat mengetahui pengaruh skarifikasi dan kedalaman terhadap persentasi muncul tanah berbagai leguminosa pakan. Manfaat yang diperoleh yaitu praktikan mampu melakukan proses skarifikasi yang terdiri dari fisik, kimia, mekanis dan dapat mengetahui perlakuan mana yang menghasilkan perkecambahan lebih cepat

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.         Skarifikasi

                Skarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang bertujuan untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi permeable terhadap gas-gas dan air (Schmidt, 2000). Skarifikasi adalah salah satu proses yang menyebabkan kulit benih menjadi lebih permeabel terhadap gas dan air. Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik seperti mengikir atau menggosok kulit benih dengan amplas, dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat serta perlakuan cara fisik dengan merendam dengan air yang dipanaskan sampai 60oC  (Sukamto, 2006).

2.1.1.     Perlakuan Fisik

Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan adalah sebagai berikut. Air dipanaskan sampai 1800 sampai 2000 F, benih dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan menjadi dingin selama beberapa waktu. Misal untuk benih oleh apel direndam selama 2 hari air mendidih kadang juga digunakan 2120 F. Caranya meletakkan benih dalam kantong kain dan kemudian di masukkan dalam air mendidih. Membiarkan selama kurang lebih 2 menit setelah itu baru diangkat keluar, untuk di kecambahkan Schmidt (2002). Cara-cara skarifikasi secara fisik umumnya dilakukan dengan tindakan air panas 77-1000 C efektif untuk benih honey locust (Hasanah dan Rusmin, 2006).

2.1.2.                     Perlakuan Mekanik

                Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik (pengamplasan). Perlakuan mekanis umumnya digunakan untuk memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji (Schmidt, 2002). Cara-cara mekanis yang dilakukan adalah menggosok kulit biji yaitu dengan pisau atau amplas, sedangkan perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus (Saleh, 2003).

2.1.3.                     Perlakuan Kimia

                Skarifikasi secara kimia menggunakan asam sulfat (H2SO4) pekat, yaitu dengan merendam biji ke dalamnya selama 5 menit (Hartmann et al., 2002). Hal ini bertujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada saat proses imbibisi berlangsung. Selain itu dapat juga menggunakan KNO3 untuk mengganti peranan cahaya dan mempercepat penerimaan benih akan oksigen. Skarifikasi secara kimia juga dapat memberantas penyakit yang berada di dalam benih, sehingga persentase tumbuh akan baik. Hal ini dikarenakan biji-biji tersebut telah terbebas dari penyakit yang mengganggu pertumbuhan dari biji tersebut (Saleh, 2002).

2.1.4  Perkecambahan

Perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih. Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama dan penyakit. Cahaya, suhu dan kelembaban merupakan tiga faktor utama yang mempengaruhi perkecambahan selama pertumbuhan anakan. Kondisi media pertumbuhan seperti pH, salinitas, dan draenase menjadi penting. Selama perkecambahan dan tahap awal pertumbuhan benih dan anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis dan infeksi karenanya tujuan lain penyediaan kondisi lingkungan yang optimal adalah untuk mempercepat perkecambahan hingga anakan dapat melalui tahap ini dengan cepat (Utomo, 2006). Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung atau tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih (Sutopo, 2000).

Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang dapat disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudimen atau belum masak (dari segi fisiologi), kulit biji yang tahan atau impermeable atau adanya penghambat tumbuh. secara umum vigor kekuatan tumbuh menghadapi kondisi suboptimum lapang produksi yang diindikasikan oleh tolok ukur kecepatan benih berkecambah karena diasumsikan bahwa benih yang cepat tumbuh mampu mengatasi segala macam kondisi suboptimum (Yuniarti, 2002).

2.2.         Uji Muncul Tanah

Uji muncul tanah merupakan cara untuk mengetahui kualitas biji dengan media tanah, namun sebelum ditanam benih diskarifikasi terlebih dahulu. Kedalaman penanaman biji berpengaruh pada efektifitas dan kecepatan tumbuh biji yang akan berkecambah dan radiasi ultra violet berpengaruh terhadap perkecambahan yang muncul (Harjadi, 2002). Uji muncul tanah merupakan suatu cara pengujian kualitas tanah dalam hubungannya dengan ketersediaan unsur hara dan zat-zat yang terkandung didalamnya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Sifat permeabilitas benih ditentukan oleh faktor umur, semakin tua benih maka kadar lignin dan tannin meningkat. Semakin tinggi kandungan lignin dan tannin pada biji maka semakin rendah imbibisinya. Biasanya biji berukuran kecil membutuhkan medium yang lebih kompak dibanding biji-biji yang lain (Rofik dan Murniati, 2008). 

2.3.         Benih

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau simbol dari suatu permulaan dan merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dengan kegunaan sebagai penyambung dari kehidupan tanaman (Harjadi, 2002).  Pengertian benih secara botanis atau tepatnya secara embriologis adalah biji yang berasal dari ovule. Struktur biji yaitu suatu ovule atau bakal biji yang masak dan mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) di dalam embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio (Harjadi, 2002).

Menurut strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak dan mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) di dalam embrio serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio (Rofik dan Murniati, 2008).

2.3.1.     Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006). Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu panjang berwarna cokelat dan daunnya ditutupi oleh bulu halus berwarna cokelat keemasan, sehingga kurang disukai oleh ternak (Harjadi, 2002). Kalopo biasa dikembangbiakkan dengan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200–1.000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1.270 mm (Sukamto, 2006).

2.3.2.     Puero (Pueraria phaseoloides)

Legum ini berasal dari India Timur. Siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam. Daun muda tertutup bulu berwarna coklat. Bunganya berwarna ungu kebiruan. Puero dapat digunakan sebagai pakan ternak, selain itu tanaman ini tahan ditanam di tempat yang teduh. Addison (2003) menyatakan bahwa puero merupakan salah satu tanaman yang memiliki toleransi yang baik terhadap naungan, walaupum terdapat kelemahan jika ditanam pada tanaman perkebunan yang masih muda, karena sifatnya yang dapat memanjat sehingga diperlukan pemeliharaan yang lebih baik. Perkembangbiakan puero dengan bahan tanam stek, biji 5 kg/ha. Legum ini berfungsi sebagai penutup tanah yang baik. Tidak tahan grazing berat dan ketahanannya lebih tinggi apabila dicampur sentro (Ramírez, 2000).

2.3.3.   Sentro (Centrocema pubescens)

            Centrosema pubescens berasal dari Amerika Selatan dan merupakan tanaman yang membelit, menjalar, batang berbulu dan tidak berkayu, mempunyai tiga daun pada setiap tangkai (trifoliat), berambut, panjangnya 5-12 cm dan lebar 3-10 cm (Muharni, 2002). Bunganya berbentuk tandan berwarna biru agak kehijauan, bertipe kacang ercis atau kapri. Polong berwarna coklat atau hitam kecoklatan panjang 12 cm atau lebih, sempit dengan ujung tajam dan terdiri dari 20 biji. Biji besar, panjang 5mm dan lebar 4mm, berwarna coklat atau hitam kecoklatan. Dikembangkan dengan biji 1-6 kg/ha, mampu tumbuh pada tanah ringan sampai sedang, mulai pada ketinggian 0-1000 m dpl, tidak tahan dingin tahan musim kemarau panjang, toleran terhadap drainase yang jelek, responsif terhadap pupuk P, dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar kurang lebih 1300 mm (Saleh, 2004).

BAB III

MATERI DAN METODE

       Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Skarifikasi dan Uji muncul tanah dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 12 April 2013, pukul 07.00-09.45 WIB, di Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.         Materi

     Bahan yang digunakan pada praktikum skarifikasi dan uji muncul tanah adalah biji kalopo (Calopogonium mucunoides), sentro (Centrosema pubescens), puero (Pueroria phaseoloides) masing-masing sebanyak 40 biji, H2SO4 96% sebagai perendam benih pada skarifikasi kimia, air panas sebagai perendam benih sebagai merendam benih pada skarifikasi benih, air steril sebagai penyeteril benih yang telah direndam H2S04. Alat yang digunakan adalah amplas untuk mengamplas biji piada skarifikasi mekanik, tisu sebagai media tanam, beker glass sebagai perendam benih, saringan untuk menyaring biji yang telah di rendam dengan H2SO4 dan air panas, semprotan untuk menyemprot media tanam agar kondisi tetap basah, plastik untuk membukus media tanam, karet untuk mengikat media tanam dan bak perkecambahan untuk menanam benih legum pakan pada praktikum uji muncul tanah.

3.2.      Metode

3.2.1.   Skarifikasi Fisik

     Menyedikan biji sebanyak 20 buah yang akan diberi perlakuan skarifikasi secara fisik, yaitu dengan menggunakan air panas. Merendam biji dengan air panas 60oC selama 10 menit untuk semua jenis biji. Menyaring dan meletakkan biji diatas tissue yang sudah dibasahi dengan menggunakan semprotan, agar media tanam biji dalm keadaan lembab. Menggulung tisu yang telah dilapisi plastik pada kedua sisi luarnya. Mengikat dengan karet dikedua ujung gulungan dan memasukkannya kedalam inkubator. Mengamati pertumbuhan biji pada media tanam dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah setiap hari selama 14 hari. Mengkondisikan media tanam tisu selalu dalam keadaan basah.

3.2.2.   Skarifikasi Mekanik

     Menyediakan benih biji sebanyak 20 buah yang akan diberi perlakuan secara mekanik yaitu dengan pengikisan biji menggunakan amplas. Mengamplas biji pada bagian kulit luar hingga rata. Setelah mengamplas semua biji, meletakkannya di atas tisu yang sudah dibasahi. Menggulung tisu yang telah dilapisi plastik pada kedua sisi luarnya. Mengikat dengan karet dikedua ujung gulungan dan memasukkan ke dalam inkubator. Mengamati pertumbuhan biji pada media tanam, dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah setiap hari selama 14 hari. Mengkondisikan media tanam tisu selalu dalam keadaan basah.

 

 

3.2.3.   Skarifikasi Kimia

     Menyediakan benih biji sebanyak 20 buah yang akan diberi perlakuan secara kimia yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 pekat 96%. Perlakuan dilakukan yaitu dengan merendam biji ke dalam larutan H2SO4 pekat 96%, untuk sentro dan kalopo selama 5 menit dan puero selama 10 menit. Membilas biji dengan menggunakan air steril. Menyaring dan meletakkan di atas tisu yang sudah dibasahi dengan air. Menggulung tisu yang telah dilapisi dengan plastik pada kedua sisi luarnya. Mengikat dengan karet di kedua ujung gulungan dan memasukkan kedalam inkubator. Mengamati pertumbuhan biji pada media tanam, dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah setiap hari selama 14 hari. Mengkondisikan media tanam tisu selalu dalam keadaan basah.

 

3.2.4.     Perkecambahan

Mengkecambahkan benih puero, sentro dan kalopo pada cawan petri yang diberi kertas saring. Menyimpan pada suhu kamar, mengamati dan mencatat jumlah biji yang berkecambah setiap hari sampai dengan hari ke 14, membuang benih yang busuk dan terkena jamur. Menentukan benih yang berkecambah apabila memenuhi kriteria selama pengamatan benih yang sudah berkecambah. Menghitung dan membuang benih yang busuk, kena jamur dianggap tidak berkecambah juga di ambil dan dibuang agar berkecambah dianggap sudah mati. Menghitung persen perkecambahan, index vigor dan koefisien vigor Memasukkan hasil pengamatan kedalam tabel pengamatan.

 

3.2.5.   Uji Muncul Tanah

     Metode pada uji muncul tanah yaitu dengan melakukan perlakuan yang sama dengan proses scarifikasi secara fisik, mekanik, dan kimia. Menyiapkan pot dan media tanam berupa tanah. Menanam biji dalam pot untuk masing-masing perlakuan sebanyak 20 biji. Menyimpan pot dalam rumah kaca, mengamati dan mencatat jumlah biji yang berkecambah setiap hari selama 14 hari dengan melakukan penyiraman setiap harinya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Perkecambahan

4.1.1.   Perkecambahan Fisik

Berdasarkan pengamatan terhadap daya kecambah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Perkecambahaan dengan Skarifikasi Uji Fisik

Hasil praktikum skarifikasi secara fisik dengan merendam biji dengan air panas dengan suhu 60oC menunjukkan bahwa pada benih sentro dan kalopo lebih cepat perkecambahannya dibandingkan dengan benih puero karena pada saat perendaman, benih sentro dan kalopo direndam pada suhu dan jangka waktu yang sesuai, sehingga penyerapan air dan gas kedalam benih terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mustika et al. (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan fisik mekanik (perendaman air) adalah cara efektif untuk mempercepat perkecambahan benih yang disebabkan oleh kulit benih yang impermeable terhadap air dan gas. Sedangkan puero perkecambahannya lebih lambat dikarenakan adanya faktor pembatas. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2008) yang menyatakan bahwa fase pertumbuhan awal ditunjukkan laju pertumbuhan bersifat eksponensial kemudian menurun karena adanya faktor-faktor pembatas. Faktor pembatas pertumbuhan diantaranya waktu, media tumbuh dan faktor-faktor lingkungan lainnya.

4.1.2.     Perkecambahan Mekanik

                Berdasarkan pengamatan terhadap daya kecambah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Berdasarkan hasil praktikum skarifikasi, menunjukkan bahwa perlakuan dengan cara mekanik memberikan hasil yang baik pada benih sentro dan kalopo daripada pada benih Puero jika ditinjau dari jumlah perkecambahan, rata-rata, dan persentase perkecambahan bagi perkecambahan benih tumbuh, hal ini dikarenakan kalopo memiliki kulit yang tebal, pengamplasan dapat berpengaruh terhadap pengelupasan kulit ari jika pengamplasan terhadap benih kalopo benar, sentro memiliki kulit yang tidak terlalu tebal maupun terlalu tipis sehingga saat diamplas kulit ari dapat terkelupas dengan sempurna namun jika pengamplasan tidak benar maka kulit ari tidak dapat terkelupas sempurna, begitu juga dengan puero yang mempunyai kulit ari sangat tipis sehingga pengamplasan memungkinkan terjadinya kerusakan pada benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2002) yang menyatakan bahwa kulit benih yang permeable memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Oleh karena itu, skarifikasi diperlukan untuk memecah dormansi biji agar pertumbuhan kecambah lebih cepat. Ditambahkan pendapat Juhanda et al., (2013) skarifikasi fisik harus dilakukan secara hati-hati pada benih karena apabila terlalu keras maka dapat merusak pada benih yang berkulit tipis dan apabila terlalu pelan maka kulit yang keras tidak akan terkelupas, dan hal itu akan mempengaruhi perkecambahan benih tersebut.

4.1.3.     Perkecambahan Kimia

Berdasarkan pengamatan terhadap daya kecambah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Hasil praktikum skarifikasi secara kimiawi menggunakan larutan H2SO4 96% untuk mempercepat perkecambahan dan mempercepat masuknya oksigen menunjukan bahwa kalopo mengalami perkecambahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang lain, itu berarti bahwa skarifikasi secara kimia sangat cocok dalam mempengaruhi perkecambahan kalopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Muharni (2002) yang menyatakan bahwa skarifikasi secara kimia sangat cocok untuk kalopo, karena mampu memecahkan dormansi kulit biji kalopo yang tebal. Metode skarifikasi secara kimiawi tidak menghasilkan hasil yang memuaskan atau optimal terutama pada benih sentro. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan terhadap benih (aren) untuk mematahkan dormansi baik secara fisik maupun kimiawi belum memberikan hasil yang memuaskan.

 

4.2.      Uji Muncul Tanah

Berdasarkan pengamatan terhadap uji muncul tanah didapatkan data sebagai berikut ini:

 

4.2.1.   Uji Muncul Tanah dengan skarifikasi Fisik

                Berdasarkan pengamatan terhadap uji muncul tanah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

 


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat hasil bahwa pada biji benih yang ditanam, dengan tiga perlakuan yang berbeda pula dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah tanah yang baik dan perlakuan pada biji benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik membutuhkan tanah yang baik pula, yaitu tanah yang banyak mengandung unsur hara. Pada perlakuan fisik menghasilkan perkecambahan dengan biji yang tumbuh maka dapat di ketahui bahwa benih yang ditanam adalah benih yang baik sehingga bisa tumbuh pada media tanah yang berada pada polibag. Hal ini sesuai dengan pendapat Muharni (2002) yang menyatakan bahwa benih yang mempunyai kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada tanah lapang yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi dengan kualitas baik.

 

4.2.2.   Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia

Berdasarkan pengamatan terhadap uji muncul tanah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :


Uji muncul tanah pada benih kalopo dengan perlakuan skarifikasi kimia dengan perendaman menggunakan larutan H2SO4 menunjukan bahwa kalopo persentasenya lebih tinggi dibanding dengan benih lainnya, hal ini dikarenakan sentro dan puero memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan kalopo, waktu direndam dalam asam sulfat sebagian benih mengalami kerusakan dan hal itu menyebab banyak benih yang tidak dapat tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Muharni (2002) yang menyatakan bahwa kulit biji yang tipis saat diskarifikasi secara fisik akan mengalami kerusakan. Ditambahkan oleh pendapat Saleh (2003) yang menyatakan bahwa skarifikasi yang cocok untuk kalopo adalah skarifikasi kimia, karena mampu memecahkan dormansi biji kalopo yang tebal.

 

4.2.3.   Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik

                Berdasarkan pengamatan terhadap uji muncul tanah didapatkan data seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini :

Berdasarkan hasil praktikum uji muncul tanah, menunjukkan perkecambahan benih puero yang muncul di atas tanah dengan menggunakan perlakuan mekanik menghasilkan jumlah kecambah yang lebih sedikit (tidak optimal) dibandingkan dengan sentro dan kalopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004) yang menyatakan bahwa kulit biji yang tebal tidak kemungkinan untuk dipecahkan dormansinya menggunakan skarifikasi mekanik kecil, dan akan sangat cocok dengan skarifikasi kimia. Persentase perkecambahan dipengaruhi faktor kedalaman penanaman, kondisi lingkungan, dan cara pengamplasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa benih akan tumbuh dengan baik apabila ditamam di dalam tanah dengan kedalaman antara 1,5 cm sampai dengan 3 cm di bawah permukaan tanah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1          Kesimpulan

       Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada materi skarifikasi benih sentro (Centrosema pubescens) yang diskarifikasi dengan cara mekanis memberikan hasil yang lebih baik daripada skarifikasi secara fisik dan kimia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah ketersediaan air, oksigen, cahaya dan media tanam yang digunakan untuk tumbuh. Hasil pengamatan Uji Muncul Tanah menunjukkan bahwa benih yang discarifikasi dengan cara fisik memberikan hasil yang lebih baik daripada secara mekanis dan kimia. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kedalaman, kondisi lingkungan, cara pengamplasan dan faktor dorman benih.

 

5.2          Saran

Dalam melakukan praktikum tentang Skarifikasi dan Uji Muncul sebaiknya praktikan dapat melakukan prosedur-prosedur dengan baik sehingga hasil praktikum baik.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Addison HJ. 2003. Shade tolerance of tropical forage legumes for use in agroforestry systems. (thesis) School of Tropikal Biologi James Cook University.

 

Harjadi, M.M. 2002. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

 

Maryani dan Irfandri. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan Pemberian Giberellin Terhadap      Perkecambahan Benih Tanaman Aren (Arenga pinnata). PT Rineka Cipta. Jakarta.

 

Rofik, A. dan E. Murniati. 2008. Pengaruh Perlakuan Deoperkulasi Benih dan Media Perkecambahan untuk Meningkatkan Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). Buletin Agronomi 36(1):33-40.

 

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.

 

Saleh, M.S., 2002. Perlakuan Fisik dan Kalium Nitrat Untuk Mempercepat Perkecambahan Benih Aren dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Kecambah. J.Agroland 9 (4): 36–330.

 

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

 

Sumarsono. 1983. Pengaruh Pupuk TSP, Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran Setaria splendida Staft dan Centrosema pubescens Benth. Thesis S2 Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.

 

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT Grafindo Persada. Jakarta

 

Utomo, B. 2006. Ekologi Benih. USU Repository Dan Vigor Benih Kemiri Dan Vigor Bibit Aleurites moluccana Willd. Bul LitroV(2):92-100.

 

Yuniarti, N. 2002. Penentuan cara perlakuan pendahuluan benih saga pohon. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8(2): 97-101.

2 komentar:

  1. Casino, poker, blackjack, bingo - Dr.MCD
    The Casino, poker, blackjack, bingo 김해 출장마사지 is one 동해 출장샵 of 충청북도 출장안마 the most popular games 서산 출장샵 around on the internet. 김포 출장안마 You will soon have to make your way through a

    BalasHapus