Kamis, 26 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK

Acara Pengenalan Hijauan Makanan Ternak  


 

BAB I

PENDAHULUAN

Bahan pakan adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Bahan pakan yang diberikan untuk ternak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan dan pakan tambahan (konsentrat). Hijauan pada umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/ jenis kacang-kacangan. Rumput-rumputan merupakan hijauan yang disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.

Pada praktikum Produksi Hijauan Pakan dengan materi Pengenalan Jenis Hijauan Pakan mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengenali dan mengetahui karakteristik beberapa jenis rumput dan legum pakan. Manfaat praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis hijauan pakan dan mengetahui ciri-ciri hijauan pakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Rumput (Graminae)

            Rumput adalah jenis hijauan yang umum dipergunakan untuk diberikan pada ternak di Indonesia. Rumput memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi (Reksohadiprodjo, 2004). Jenis rumput yang dipergunakan sebagai pakan ternak, misalnya rumput raja, rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala dan jenis rumput lain. Setiap jenis rumput memiliki karakteristik dan nutrisi yang berbeda-beda (Sutopo, 2001).

 

2.1.1.   Rumput Gajah (Pennicetum purpureum)

Kandungan protein serat kasar rumput gajah yaitu 10,2 % dan kandungan zat gizi lainnya yaitu 19,9 % bahan kering (BK); 1,6 % lemak ; 34,2 % serat kasar ; 11,7 % abu ; dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).  Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan (Rukamana, 2005). yang menyatakan bahwa rumput gajah dapat ditanaman di ladang, gulungan, dan pematangan, asalakan kondisi tanah cukup mendukung pertumbuhan tanaman ini. Untuk penanaman rumput gajah dapat menggunaakan setek batang atau kepingan rumpun. (Saparint, 2010).

2.1.2.   Rumput Setaria (Setaria sphacelata)

Rumput setaria adalah sejenis rumput yang memiliki cirri-ciri, antara lain berdaun dan berbatang lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh, umurnya pendek (60 hari sudah dapat dipanen), setiap 40 hari rumput setaria dapat dipanen sering disebut sering lampung atau timothy emas lampung. Daun tanaman ini cukup halus dan berwarna hijau kelabu. Jenis rumput ini dapat tumbuh baik pada tanah berstruktur ringan, sedang dan berat dengan ketinggian tempat 200-3.000 m dpl dan curah hujan > 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak mencapai tinggi 2 m dan membentuk rumpun (Rochani, 2000). rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi, dapat mencapai 2 meter, berdaun halus, dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keunguan-keunguan, pangkal batang pipih dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Rukamana, 2005).

2.1.3.   Rumput Benggala (Panicum maximum)

Karakteristik rumput benggala adalah tumbuh tegak membentuk rumpun mirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat, berkembang biak yang berupa rumpun/pols yang sangat besar, dengan akar serabut menembus dalam tanah, batangnya tegak, berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 – 1,50 m, dengan seludang-seludangnya berbulu panjang pada pangkalnya. Rumput benggala tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0 ±1200 m di atas permukaan laut (Prawiradiputra, 2000). Rumput benggala dapat tumbuh  pada ketinggian tanah sesuai pada dataran rendah ataupun dataran tinggi (0-1200 meter) di atas permukaan laut (Aak,1983).

2.1.4    Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana)

Morfologi tanaman ini seperti tanaman jagung. Ukuran daun pada rumput meksiko lebih lebar dari jenis rumput lain, dengan panjang daun kurang lebih 1,5 meter dan lebar daun kurang lebih 10 cm. tulang daun menjari, batang tidak berbulu dengan diameter kurang lebih 3,5 cm dan batang muda berbentuk pipih serta batang tua berbentuk elips berasal dari daerah Mexico (Amerika Tengah) yang mudah ditanam dan tumbuh baik dengan curah hujan > 100mm/ tahun. (Sarwono, 1987). Mexico tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan curah hujan lebih dari 100 mm/tahun atau curah hujan sepanjang tahun (Hindratiningrum, 2010)

 

2.1.5.   Rumput Bebe (Brachiaria brizantha)

Rumput bebe memiliki batang beruas pendek berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan. Daun lebar berbulu halus, tidak tahan injakan karena perakannya luas tapi dangkal. Rumput bebe memiliki kandungan protein kasar sekitar 13% Reksohadiprodjo (1985). rumput bebe memiliki kandungan protein kasar 13.5%, dan zat gizi lainnya yaitu bahan kering 24.9%, serat kasar 30.6%, lemak kasar 1.9%, Beta-N 45.6%, energi 54.3% (Basya, 2008).

2.1.6.   Sorghum (Sorghum bicolor L.)

Bahan makanan seperti sorgum memiliki kandungan protein 11.00%, dan zat gizi lainnya seperti lemak 1,90%, serat kasar 3,40%, EM (kkal/kg) 3.040%. Keunggulan  sorgum yaitu umur panennya relatif pendek (55 hari) dan dapat dipanen tiga kali dalam  satu kali tanam. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit (Murtidjo, 2001). Untuk mendapatkan hasil maksimal, sorgum sebaiknya ditanam ketika musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar matahari penuh (Hendoko, 2008).

2.2.      Legume (Leguminoceae)

Legume adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput (Reksohadiprodjo, 1985). Legume selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2) (Lubis, 1992). menurut fungsinya, legume dibagi menjadi 3 macam yaitu: (1) Sebagai bahan pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae): Kacang Tanah (Arachis hipogeae), Kacang Kedelai (Glycine soya), Kacang Panjang (Vigna sinensis); (2) Sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae): Kacang Gude (Cayanus cayan), Kalopo (Calopogonium muconoides), Sentro (Centrosoma pubescens) dan (3) Multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi): Gliricidea maculata, Albazia falcate. Sebagai pakan hijauan, Leguminosa memiliki kelebihan dibanding rumput. Tanaman Leguminosa merupakan hijauan pakan yang produksinya berkesinambungan dan memiliki nilai lebih dalam kandungan protein, mineral, dan vitamin, sehingga dapat mengatasi kendala ketersediaan pakan sepanjang tahun (Nursiam, 2010). 

2.2.1.   Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu yang bewarna coklat dan daunyya dirambati oleh bulu halus bewarna coklat keemasan sehingga legum kalopo banyak disukai oleh ternak sebagai pakan hijauan. Sedangkan pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan dan tidak tahan injak akan tetapi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab seperti di kaki pegunungan (Sukamto, 2006). Tanaman kalopo termaasuk tananman yang menjalar dan merambat akan tetapi tidak tahan terhadap penggembalaan dan tidak tahan injak tetapi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab (Harjadi, 2002).

2.2.2.   Sentro (Centrosemapascuorum)

Polong sentro bewarna coklat dengan celah sempit denang ujung tajam yang di dalamnnya terdapat 20 biji di dalamnya. Sentro yang merupakan tumbuhan yang tidak tahan pada suhu lembab dan dapat bertahan pada musim kemarau panjang dapat menyesuaikan dalam drainase yang jelek dan merupakan tanaman yang responsif terhadapat pupuk (Muharni, 2002). Tanaman sentro dapat bertahan hidup dengan penyesuaian dalam cuaca yang kering tapi tidak dapat bertahan dalam cuaca atau kondisi curah hujan yang banyak (Saleh, 2004).

2.2.3.   Gamal (Gliricidia sepium)

Pengembangbiakan tanaman gamal dapat dilakukan dengan biji ataupun dengan perlakuan stek batang. Penanaman yang tepat dengan cara biji dan stek batang dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi sekitar 90 – 95%, dengan penanaman dengan perlakuan stek batang dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran lebih dalam jika ditanam dengan biji daripada dengan stek (Rukmana ,2005). Penanaman dengan stek dapat tumbuh dengan cepat sedangkat penanaman dengan menggunakan sistem biji perakaran akan lebih dalam jadi dapat meninggakatkan sistem penyerapan tananaman tersebut (Sembawa, 2009)

2.2.4.   Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Tanaman lamtoro dibawa ke Indonesia sekitar abad ke – 20 yang digunakan sebagai tanaman peneduh. Produktivitas lamtoro dapat meningkatkan kebutuhan gizi yang akan terpenuhi dengan pemberian pakan tambahan yang berkualitas, tetapi lamtoro sebagai pakan hijauan yang berkualitas kurang dimanfaatkan secara optimal dan belum banyak dikomersilkan (Budiman et,al 1994) lamtoro belum dimanfaatkan sebagai pakan hijauan yang berkualitas dan belum banyak dikomersilkan (Mathius, 1993)

2.2.5.   Kaliandra (Calliandra haematocephala hassk)

tanaman kaliandra merupakan legum pohon dengan daun yang rindang , ketinggian bisa mencapai 10 m, daunnya menyirip ganda, ukuran helai daun lebih kecil dari pada daun lamtoro, sistem perakarannya masuk kedalam dan berkembang dengan cepat, biasanya ditanam pada lahan yang miring sebagai pencegah erosi (purwanto, 2007). Kaliandra merupakan kacang-kacangan yang tumbuh tinggi dan tegak berupa pohon, legum ini biasanya ditaman di tegalan atau pinggitan kebun agar dapat melindungi tanah dari bahaya erosi (Rukmana, 2005).
BAB III

MATERI DAN METODE

            Praktikum Produksi Hijauan Pakan dengan materi Pengenalan Jenis Hijauan Pakan  dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Mei 2014 pukul 10.00-12.00 WIB di Lahan Percobaan Gedung A Lantai 1, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 

2.1.      Materi

            Pada praktikum Produksi Hijauan Pakan dengan materi Pengenalan Jenis Hijauan Pakan menggunakan materi tanaman tanaman pakan berupa rumput dan legum pakan. Beberapa jenis rumput dan legumnya adalah : Rumput Gajah (Pennicetum purpureum), Rumput Benggala (Panicum maximum), Rumput Setaria (Setaria sphacelata), Rumput Bebe (Brachiaria brizantha), Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana), Sorghum (Sorghum bicolor L.), Kalopo (Calopogonium mucunoides), Sentro (Centrosema pascuorum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kaliandra (Calliandra haematocephala Hassk). Sedangkan untuk alat menggunakan buku gambar dan oencil serta penghapus untuk menggambar beberapa jenis hijauan pakan yang tersedia .

2.2.      Metode

            Pada praktikum Produksi Hijauan Pakan dengan materi Pengenalan Jenis Hijauan Pakan menggunakan metode dengan mengamati dan menggambar beberapa jenis rumput dan legume yang telah tersedia.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Rumput (Gramineae)

4.1.1.   Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik  rumput gajah  secara morfologi tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman mencapai 7 meter, berbatang tebal, dan keras, daun panjang, dan berbunga seperti es lilin. Rumput gajah memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi yaitu sekitar 10 %. Hal ini sesuai pendapat Rukamana (2005) yang menyatakan bahwa kandungan protein serat kasar rumput gajah yaitu 10,2 % dan kandungan zat gizi lainnya yaitu 19,9 % bahan kering (BK); 1,6 % lemak ; 34,2 % serat kasar ; 11,7 % abu ; dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).  Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan. Hal ini diperjelas oleh pendapat Saparint (2010) yang menyatakan bahwa rumput gajah dapat ditanaman di ladang, gulungan, dan pematangan, asalakan kondisi tanah cukup mendukung pertumbuhan tanaman ini. Untuk penanaman rumput gajah dapat menggunaakan setek batang atau kepingan rumpun.


4.1.2.   Rumput setaria (Setaria sphacelata)

Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik  rumput setaria yaitu  tumbuh tegak, akar serabut, perakaran kuat, berizoma, dan berstolon. Hal ini sesuai dengan pendapat Rochani (2000) yang menyatakan bahwa rumput setaria adalah sejenis rumput yang memiliki cirri-ciri, antara lain berdaun dan berbatang lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh, umurnya pendek (60 hari sudah dapat dipanen), setiap 40 hari rumput setaria dapat dipanen sering disebut sering lampung atau timothy emas lampung. Daun tanaman ini cukup halus dan berwarna hijau kelabu. Jenis rumput ini dapat tumbuh baik pada tanah berstruktur ringan, sedang dan berat dengan ketinggian tempat 200-3.000 m dpl dan curah hujan > 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak mencapai tinggi 2 m dan membentuk rumpun. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukamana (2005) yang menyatakan bahwa  rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi, dapat mencapai 2 meter, berdaun halus, dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keunguan-keunguan, pangkal batang pipih dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas.

 

4.1.3.   Rumput benggala (Panicum maximum)

Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik  rumput benggala yaitu tumbuh membentuk rumpun, batang tegak, kuat, kasar, perakaran serabut. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradiputra (2000) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput benggala adalah tumbuh tegak membentuk rumpun mirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat, berkembang biak yang berupa rumpun/pols yang sangat besar, dengan akar serabut menembus dalam tanah, batangnya tegak, berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 – 1,50 m, dengan seludang-seludangnya berbulu panjang pada pangkalnya. Rumput benggala tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0 ±1200 m di atas permukaan laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Aak (1983) yang menyatakan bahwa rumput benggala dapat tumbuh  pada ketinggian tanah sesuai pada dataran rendah ataupun dataran tinggi (0-1200 meter) di atas permukaan laut.

 


4.1.4.   Rumput meksiko (Euchlaena mexicana)

Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik rumput meksiko yaitu bentuk daun memanjang, bertekstur halus, dan bersilia halus seperti daun jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat  Sarwono (1987) yang menyatakan bahwa morfologi tanaman ini seperti tanaman jagung. Ukuran daun pada rumput meksiko lebih lebar dari jenis rumput lain, dengan panjang daun kurang lebih 1,5 meter dan lebar daun kurang lebih 10 cm. tulang daun menjari, batang tidak berbulu dengan diameter kurang lebih 3,5 cm dan batang muda berbentuk pipih serta batang tua berbentuk elips berasal dari daerah Mexico (Amerika Tengah) yang mudah ditanam dan tumbuh baik dengan curah hujan > 100mm/ tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat  Hindratiningrum (2010) yang menyatakan bahwa rumput mexico tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan curah hujan lebih dari 100 mm/tahun atau curah hujan sepanjang tahun.

 

4.1.5.   Rumput bebe (Brachiaria brizantha)

Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik rumput bebe (Brachiaria brizantha) yaitu  batang bercabang, permukaan batang dan daun berbulu halus, tumbuh merunduk. Hal ini sesuai dengan pendapat  Reksohadiprodjo (1985) yang menyatakan bahwa rumput bebe memiliki batang beruas pendek berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan. Daun lebar berbulu halus, tidak tahan injakan karena perakannya luas tapi dangkal. Rumput bebe memiliki kandungan protein kasar sekitar 13% hal ini sesuai dengan pendapat Basya (2008) yang menyatakan bahwa rumput bebe memiliki kandungan protein kasar 13.5%, dan zat gizi lainnya yaitu bahan kering 24.9%, serat kasar 30.6%, lemak kasar 1.9%, Beta-N 45.6%, energi 54.3%.

 

4.1.6.   Rumput sorgum

Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa rumput sorgum mengandung zat gizi yang cukup baik bagi kebutuhan ternak diantaranya kandungan protein yang mencapai 11%. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (2001) yang menyatakan bahwa  bahan makanan seperti sorgum memiliki kandungan protein 11.00%, dan zat gizi lainnya seperti lemak 1,90%, serat kasar 3,40%, EM (kkal/kg) 3.040%. Keunggulan  sorgum yaitu umur panennya relatif pendek (55 hari) dan dapat dipanen tiga kali dalam  satu kali tanam. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendoko (2008) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil maksimal, sorgum sebaiknya ditanam ketika musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan sinar matahari penuh.


4.2.      Legum

4.2.1.   Kalopo (Calopogonium mucunoides)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh bahwa karakteristik kalopo yaitu memiliki batang lunak ditumbuhi bulu dan daunnya ditutupi oleh bulu halus. Hal ini sesuai pendapat Sukamto (2006) yang menyatakan bahwa kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu yang bewarna coklat dan daunnya dirambati oleh bulu halus bewarna coklat keemasan sehingga legum kalopo banyak disukai oleh ternak sebagai pakan hijauan. Perakaran kalopo memiliki perakaran yang kuat sehingga tahan injakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (2002) yang menyatakan bahwa tanaman kalopo termaasuk tananman yang menjalar dan merambat akan tetapi tidak tahan terhadap penggembalaan dan tidak tahan injak tetapi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang lembab.

4.2.2.   Sentro (Centrosema pubescens)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik sentro secara morfologi batang yang panjang dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai berdaun tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada kedua permukaannya. Sentro memiliki polong bewarna coklat gelap, panjang sekitar 12cm, sempit dengan ujung tajam terdiri dari 20 biji. Hal ini sesuai dengan pendapat Muharni (2002) yang menyatakan bahwa polong sentro bewarna coklat dengan celah sempit denang ujung tajam yang di dalamnnya terdapat 20 biji di dalamnya. Sentro yang merupakan tumbuhan yang tidak tahan pada suhu lembab dan dapat bertahan pada musim kemarau panjang dapat menyesuaikan dalam drainase yang jelek dan merupakan tanaman yang responsif terhadapat pupuk. Hal ini sesuai dengan  pendapat Saleh (2004) yang menyatakan bahwa tanaman sentro dapat bertahan hidup dengan penyesuaian dalam cuaca yang kering tapi tidak dapat bertahan dalam cuaca atau kondisi curah hujan yang banyak.

 

4.2.3.   Gamal (Gliricidia sepium)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik gamal secara morfologi mempunyai bentuk pohon warna batang putih kecoklatan, perakaran kuat dalam. Dalam pengembangbiakannya tanaman gamal dapat dilakukan dengan biji maupun dengan perlakuan stek batang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa pengembangbiakan tanaman gamal dapat dilakukan dengan biji ataupun dengan perlakuan stek batang. Penanaman yang tepat dengan cara biji dan stek batang dapat memiliki daya tumbuh yang tinggi sekitar 90 – 95%, dengan penanaman dengan perlakuan stek batang dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan biji, namun sistem perakaran lebih dalam jika ditanam dengan biji daripada dengan stek. Hal ini sesuai dengan pendapat Sembawa (2009) yang menyatakan bahwa penanaman dengan stek dapat tumbuh dengan cepat sedangkat penanaman dengan menggunakan sistem biji perakaran akan lebih dalam jadi dapat meninggakatkan sistem penyerapan tananaman tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

4.2.4.   Lamtoro (Laucaena leucocephala)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa karakteristik gamal secara morfologi tumbuh tegak dan tidak berduri. Tanaman ini termasuk tanaman kacang – kacangan yang berasal dari Amerika Tengah dibawa ke Indonesia pada abad sekitar Ke – 20 sebagai tanaman peneduh di perkebunan – perkebunan Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman et,al (1994) yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro dibawa ke Indonesia sekitar abad ke – 20 yang digunakan sebagai tanaman peneduh. Produktivitas lamtoro dapat meningkatkan kebutuhan gizi yang akan terpenuhi dengan pemberian pakan tambahan yang berkualitas, tetapi lamtoro sebagai pakan hijauan yang berkualitas kurang dimanfaatkan secara optimal dan belum banyak dikomersilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mathius (1993) yang menyatakan bahwa lamtoro belum dimanfaatkan sebagai pakan hijauan yang berkualitas dan belum banyak dikomersilkan.

4.2.5.   Kaliandra (Calliandra haematocephala Hassk)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenalan hijauan pakan  didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil praktikum pengenalan hijauan pakan diperoleh hasil bahwa kaliandra merupakan legum pohon yang dapat tumbuh tinggi, dengan ukuran daun kecil, dan sistem perakarannya adalah masuk kedalam dan berkembang dengan cepat, cocok ditanama untuk mencegah erosi tanah hal ini sesuai dengan pendapat purwanto (2007)  yang menyatakan bahwa tanaman kaliandra merupakan legum pohon dengan daun yang rindang , ketinggian bisa mencapai 10 m, daunnya menyirip ganda, ukuran helai daun lebih kecil dari pada daun lamtoro, sistem perakarannya masuk kedalam dan berkembang dengan cepat, biasanya ditanam pada lahan yang miring sebagai pencegah erosi hal ini sesuai pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa kaliandra merupakan kacang-kacangan yang tumbuh tinggi dan tegak berupa pohon, legum ini biasanya ditaman di tegalan atau pinggitan kebun agar dapat melindungi tanah dari bahaya erosi

BAB  V

SIMPULAN

5.1.      Kesimpulan

            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rumput dan leguminosa memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Hijauan pakan yang sering diberikan kepada ternak dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu legum dan rumput.  Adapun jenis-jenis rumput dan legum yang diamati dalam praktikum pengenalan jenis rumput dan legum adalah  rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala, rumput meksiko, rumput bebe, dan rumput sorgum  yang pada umumnya memiliki ciri-ciri umum seperti daun menyirip, tumbuh merumpun, batang dan permukaan daun berbulu, serta memiliki perakaran serabut. Sedangkan jenis-jenis leguminosa yang diamati adalah gamal, kaliandra, lamtoro, sentro, dan kalopo yang memiliki ciri-ciri umum seperti akar tunggang, daun berhelai tiga atau lebih, bunga berbentuk kupu-kupu, biji polong, pertumbuhannya ada yang membelit, menjalar dan tegak.

 

5.2.      Saran

            Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan terhadap ciri-ciri dari tanaman rumput dan legum pakan, sehingga benar-benar dapat mengetahui dan memahami masing-masing karakteristik,  serta ciri-ciri dari rumput dan legum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Hijauan  makanan ternak. Kanisius. Yogyakarta

AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan Kanisius,Yogyakarta.

Adejumo, J.O. and Ademosun, A.A. (1985) Effect of plant age at harvest and of cutting time frequency and height on the dry matter yield and nutritive value of Gliricidia sepium and Cajanus cajan. Journal of Animal Production Research 5, 1-12.

Bambang agung murtidjo. 2001. Budi daya karper dalam jarring keramba apung. Kanisius. Yogyakarta

Basya Sori Ir.. 2008. Penggemukan sapi. Penebar swadaya. Depok

Budiman, H. dan Syamsimar Djamal . 1994 . Hijauan Pakan Ternak. Pusat

Imam purwanto. 2007. Mengenal lebih dekat leguminoseae. Kanisius. yogyakarta

Kuswandi. 2000. Pengapuran tanah pertanian. Kanisius. jogjakarta

Mathius, I.W. 1993 . Tanaman lamtoro sebagai bank pakan hijauan yang erkualitas untuk kambing- domba . Wartazoa . 3(1) : 24-29. Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor

Novita Hindratiningrum. 2010. Produksi Dan Kualitas Hijauan Rumput Meksiko Pada Berbagai Umur Pemotongan Dengan Dosis Pemupukan 200 Kg/Ha/Tahun. Fakultas Peternakan Undaris.  Ungaran

purnawan yulianto, cahyo saparinto. 2010. Pembesaran sapi potong secara intensif. Penebar swadaya. Depok

Rama prihandana, roy hendoko. 2008. Energy hijau. Penebar swadaya. depok

Reksohadiprojo, S. 2004. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi ke tiga. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.   Yogyakarta.

rukamana rahman. 2005. Rumput unggul hijauan makanan ternak. Kanisius Yogyakarta

Rukmana, Rahmat. 2005. Budi Daya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta:

Sajimin, E.Sutedi, N.D. Purwantari dan B.R. Prawiradiputra. 2000. agronomi rumput benggala (panicum maximum jacq) dan pemanfaatannya sebagai rumput potong. Balai Penelitian Ternak. Bogor 

siti rochani, S.pd. 2000. Beternak kelinci dan manfaatnya. Ganeca exact. Jakarta

Sutopo, L. 2001 Teknologi Benih. PT Grafindo Persada. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar