Jumat, 27 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK

PENGELOLAAN HIJAUAN PAKAN


BAB I

PENDAHULUAN

Pentingnya ketersediaan bahan pakan untuk ternak mendasari pemikiran peternak untuk menekan pengeluaran di bidang pakan tanpa harus mengurangi kualitas maupun kuantitas hasil ternak. Hal terpenting dalam menunjang kebutuhan pakan adalah dengan membuat atau memproduksi bahan pakan sendiri. Memproduksi bahan pakan hijauan sendiri membutuhkan suatu lahan. Pengolahan lahan tanaman pakan adalah faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun suatu lahan pakan. Tahap awal pengolahan lahan tanaman pakan adalah melakukan pembersihan, pembajakan dan penggaruan, selain itu perawatan yang meliputi penyiangan dan penyiraman, dosis pemupukan, cara penanaman, jarak tanam, dan interval pamotongan (defoliasi) juga harus diperhatikan, jenis tanaman juga dapat mempengaruhi perlakuan penanaman bahan pakan pada lahan.

Tujuan praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Pengelolaan Hijauan Pakan diharapakan mahasiswa mengetahui cara pengolahan lahan yang benar, mahasiswa mampu memilih bahan tanam yang sesuai, mahasiswa mengetahui cara menanam tanaman pakan dengan benar, mahasiwa mengetahui jarak tanam yang tepat, mahasiswa mampu memupuk dengan benar, mahasiswa mengetahui interval pemotongan yang tepat, serta mahasiswa mampu memprediksi produksi hijauan pakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Hijauan Pakan

            Hijauan pakan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Hijauan makanan ternak dijadikan sebagai salah satu bahan makanan dasar dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali (Akoso, 2000). Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan (Kanisius, 2001).

Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Hijauan yang diberikan ke ternak yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga dengan jerami kering (Edo, 2012). Hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah, iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap ternak dan membantu peternak mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan ternak. Dalam mengusahakan tanaman makanan ternak untuk mendapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi, maka perlulah tanaman makanan ternak diusahakan secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha–usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi oleh ternak (Edo, 2012).

2.1.1.   Jagung

            Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. Secara umum, klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut :

Kingdom     : Plantae

Divisi           : Spermatophyta

Subdivisi     : Angiospermae

Kelas           : Monocotyledone

Ordo            : Graminae

Famili          : Graminaceae

Genus          : Zea

Spesies        : Zea mays L.

            Jagung merupakan tanaman asli dari Benua Amerika. Tanaman pangan ini adalah makanan utama orang Indian. Daerah yang sebagai asal tanaman jagung adalah Meksiko karena di tempat tersebut telah ditemukan janggel dan biji jagung dalam gua-gua suku Indian (Purwono dan Purnamawati, 2007). Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2007). Akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah.

            Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helai, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu 5 kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang. Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tidak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan jagung terdapat di ujung batang. Bunga betinanya terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan.

            Penyerbukan jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel di rambut tongkol. Jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain dan jarang terjadi penyerbukan berasal dari tanaman sendiri. Biji jagung tersusun rapi pada tongkol dan satu tongkol terdapat sekitar 200-400 biji. Biji jagung terdiri 3 bagian yaitu bagian paling luar biji jagung disebut pericarp, bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji, dan bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2007). Produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tempat tumbuh atau tanah, air, dan iklim. Oleh karena itu, agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tongkol, diperlukan tempat penanaman dan iklim sesuai syarat tumbuh, jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya (Purwono dan Hartono ,2007). Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi.

2.1.2.   Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Pennisetum purpureum atau rumput gajah adalah tanaman tahunan, dengan cirri-ciri tumbuh tegak, mempunyai perakaran yang dalam, dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun. Karangan bunga mempunyai panjang 8–30 cm dan lebar 1,5–3 cm dengan warna kuning, coklat kekuningan, atau ungu (Soedomo, 2001). Panjang batang rumput dapat mencapai 2–7 m dengan buku dan kelopak berbulu. Helai daun mempunyai panjang 30–90 cm dengan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri et al., 2000).

Rumput gajah berasal dari Nigeria dan tersebar luas di seluruh Afrika tropik. Rumput gajah biasa dikembangbiakkan dengan stek, batang dan mampu tumbuh baik pada tanah ringan sampai berat. Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinnggian 0–3000 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan tahunan sebasar 1000 mm atau lebih (Reksohadiprodjo, 2004). Rumput gajah memiliki perakaran dalam dan menyebar sehingga mampu menahan erosi serta dapat berfungsi untuk menutup permukaan tanah (Soegiri et al, 2000). Rumput gajah cukup baik dibuat silase, berproduksi tinggi, disukai ternak, dan dapat digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah karena cukup aditif terhadap keasaman tanah, tahan terhadap kekeringan namun tidak tahan terhadap genangan air. Rumput gajah di daerah tropis lembab Afrika dengan irigasi yang baik mampu berproduksi 290 ton rumput segar/ha/tahun (Soegiri et al, 2000). 

2.2.      Teknik Budidaya Tanaman

            Istilah teknik budidaya tanaman di turunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya dan tanaman. Teknik memiki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman menunjukan pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tertentu. Teknik budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan pengairan, penyiraman, defoliasi (Najiyanti et al., 2001).

 

2.2.1.   Pengolahan Tanah

            Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan cara khusus dan konvensional. Cara khusus contohnya dengan teknik memotong lereng, searah kontur, searah lereng dan teras. Cara konvensional dapat dilakukan dengan langkah membersihkan lahan-lahan (land clearing), pembajakan (ploughing), dan penggaruan (harrowing) (Najiyanti et al., 2001). Pengolahan lahan yang perlu diperhatikan lingkungan fisik tanah, pengaruh cahaya, dan temperatur guna memperoleh produksi rumput yang baik (Mas’ud, 2002).

Cara budidaya hijauan pakan dimulai dengan adanya pengolahan lahan. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena tanpa air tanaman tidak dapat mengambil unsur hara dan memindahkan ke seluruh jaringan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesa (Najiyanti et al., 2001). Pengolahan lahan memerlukan tahapan antara lain persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pengairan dan penyiangan (Mas’ud, 2002). Pengaturan air dimaksudkan agar daerah perakaran tanaman cukup mendapat air selama pertumbuhanya. Curah hujan yang cukup dan merata dalam tiap-tiap bulan sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pengairan hendaknya diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Mas’ud, 2002).

2.2.2.   Penanaman

            Perbaikan cara bercocok tanam diupayakan dengan menerapkan sistem pertanaman. Sistem pertanaman dibedakan atas sistem pertanaman tunggal dan sistem pertanaman campuran. Sistem pertanaman tunggal (monocropping) adalah cara penanaman pada lahan pertanian yang dalam jangka waktu tertentu hanya ditanami satu jenis tanaman sehingga hanya terjadi persaingan sejenis. Sistem pertanaman campuran (multiplecropping) adalah penanaman dua atau lebih tanaman yang ditanam bersama (Soetardi, 2009).

            Terdapat beberapa bentuk multilecropping antara lain yaitu penanaman dua atau lebih jenis tanaman tanpa pengaturan jarak tanam, row intercropping yaitu penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serempak dengan satu tanaman yang ditanam dalam barisan, stripe intercropping yaitu penanaman dua atau lebih tanaman secara serempak pada bidang yang cukup luas yang masih diperoleh menurut persyaratan dalam lahan yang sama, relay intercropping yaitu penanaman dua atau lebih tanaman secara beruntun pada sebagian daur hidup masing-masing jenis tanaman dan interplanting yaitu penanaman tanaman semusim diantara tanaman keras yang tinggi (Soetardi, 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa keuntungan penerapan sistem pertanaman campuran antara lain memperbaiki atau mempertahankan kesuburan tanah terutama bila menggunakan leguminosa, meningkatkan pendapatan petani, mengurangi resiko kegagalan panen, memperbaiki mutu hijauan pakan karena protein dan kadar mineralnya tinggi, serta dapat membatasi pertumbuhan rumput pada saat tertentu, terutama di daerah tropis yang memiliki kelembaban rendah (Soetardi, 2009).

        Penanaman hijauan dapat dilakukan dengan menggunakan biji, stek atau plos. Umumnya stek ditanam dalam lajur-lajur, pols dalam lubang atau biji dalam tanaman (Soetardi, 2009). Penanam benih perlu diperhatikan jarak tanam, kedalaman tanam dan arah lajur penanaman. Jarak tanam akan mempermudah penyiangan dan pemberian pupuk. Jarak tanam mempengarui populasi tanaman, pengguanan air serta zat hara sehingga berpengaruh pada hasil tanam. Jarak dalam barisan dan antar barisan menentukan kerapatan yang mempengaruhi penampilan dan produksi tanama, terutama dikarenakan koefisien penggunaan cahaya. Kedalaman tanam dipengaruhi oleh tipe perkecambahan, kandungan air dan oksigen tanah. Apabila keping biji mucul ke atas permukaan tanah maka penanaman harus di lakukan lebih dangkal untuk efisien dalam penggunaan cahaya. Penanaman dengan arah baris timur barat lebih baik dari pada arah utara selatan (Kuswandi, 2003).

2.2.3.   Pemupukan

Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat tanah menjadi sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi tanah (Rismunandar, 2004). Pupuk adalah semua atau keseluruhan bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah dari dalam tanah dan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik (Sutejo dan Kartasapoetra, 2007).

Pemupukan dilakukan untuk menambah hara tanah, sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi, dijelaskan pula pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah, karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya (Poerwowidodo, 2001).  pupuk biasanya diberikan pada tanah tetapi dapat pula diberikan melalui daun dan batang sebagai larutan (Lingga, 2000) Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara tanah sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi. Pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya.

Produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang optimal. Pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) setelah penanaman dinilai baik, hingga pada saat penyeragaman dan pemupukan sesuai dosis perlakuan (Kurnia, 2004).  Hal ini ditunjang dengan kondisi iklim selama penelitian yaitu curah hujan cukup tinggi, suhu harian antara 26,00-39,60 oC, dan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 80,00-94,00%. Penanaman dengan menggunakan sistem tiga strata tanpa pemupukan produksi segar rumput gajah adalah 2,14 kg/m2 (Manaw, 2005).

2.3.4.   Pengairan

            Pengairan atau irigasi merupakan proses pemberian air pada tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kegiatan pengairan meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, mengalirkannya melalui saluran-saluran ke tanah atau lahan pertanian, dan membuang kelebihan air ke saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan tanaman (Kurnia, 2004). Secara umum, pengairan berguna untuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam tinggi, membersihkan kotoran atau sampah dalam saluran air, dan menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu dan hama penyakit. Dalam pengairan dikenal istilah pemakaian air konsumptif dan kebutuhan air tanaman. Pemakaian air konsumptif (consumptive water use) adalah jumlah air tanaman pada suatu areal pertanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, pembentukan jaringan tanaman dan diuapkan dari permukaan tanah dan air (Arsyad, 2001).

2.3.5.   Penyiraman

            Faktor pengairan menjadi sangat penting karena pengairan yang baik dan benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian (Lingga, 2000). Pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman dapat dilakukan salah satunya melalui irigasi. Sistem irigasi berdasarkan cara pemberiannya dibedakan menjadi tiga, diantaranya adalah sistem pengairan di atas air tanah yaitu dengan cara mengalirkan dan menggenangkan di atas tanah, sistem pengairan dibawah air tanah yaitu dengan cara pengaliran dan penggenangan dibawah tanah, sistem penyiraman yaitu sistem pemberian air dengan cara melakukan penyemprotan sehingga jatuhnya air ke tanah dan tanaman berbentuk butiran menyerupai hujan menggunakan alat gembor, pipa berlubang, selang dan sprinkler (Najiyanti et al., 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah keteraturan jumlah air yang diberikan sehingga fluktuasi jumlah total tidak terlalu besar, pemberian air secara kontinyu atau secara terus–menerus tanpa menunggu tanaman kekeringan (Lingga, 2000).

               Air berfungsi untuk memindahkan unsur hara ke seluruh jaringan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesa (Najiyanti et al., 2001). Pengolahan lahan memerlukan tahapan antara lain persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pengairan dan penyiangan. Pengaturan air dimaksudkan agar daerah perakaran tanaman cukup mendapat air yang selama pertumbuhanya. Curah hujan yang cukup dan merata pada seluruh bagian dalam tiap bulan membantu pertumbuhan tanaman. Pengairan hendaknya diberikan sampai daerah perakaran tanaman (Mas’ud, 2002). 

2.3.6.   Defoliasi

            Defoliasi adalah pemotongan bagian tanaman di permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh hewan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah frekuensi tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, pemotongan paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan (Najiyanti et al., 2001).  Kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung proses fotosintesis pada tanaman (Najiyanti et al., 2001). Pemotongan pada tanaman pakan ternak akan menyebabkan sebagian tanaman tersebut kehilangan sebagian batang atau daunnya dan bila pemotongan sering dilakukan, terutama pada awal pertumbuhan maka akan menekan pertumbuhan serta perkembangan akar yang akan menyebabkan penurunan ketegaran dan merubah jenis tanaman menjadi kurang bergizi (Rismunandar, 2004).

   Pemotongan paksa adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia secara mekanik ataupun oleh renggutan hewan. Pemotongan rumput gajah sebaiknya dilakukan 10–15 cm diatas permukaan tanah dari pangkal tanaman. Pemotongan pada musim penghujan dilakukan setiap 30–50 hari sedangkan pemotongan pada musim kemarau setiap 50–60 hari (Reksohadiprodjo, 2004). Pemotongan paksa dapat mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan menghambat terbentuknya tunas baru bahkan terkurasnya cadangan makanan pada tanaman. Pemotongan pada tanaman pakan akan menyebabkan tanaman tersebut kehilangan sebagian batang atau daunnya dan bila pemotongan seiring dilakukan terutama pada awal pertumbuhan maka akan menekan pertumbuhan serta perkembangan akar yang akan menyebabkan penurunan kekokohan dan menurunkan kandungan gizinya. Tanaman pakan sebaiknya dipotong pada akhir fase pertumbuhan generatif karena cadangan pada akar cukup untuk pertumbuhan kembali, bunga belum terbentuk dengan sempurna (Harjadi, 2006). Fotosintesis menyediakan baik berupa karbon maupun energi bagi organisme hidup dan menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan aerobik. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil (Sutopo, 2005).

            Pemotongan paksa dilakukan pada waktu tanaman masih muda, batang dan daunnya masih mengandung air. Tujuan potong paksa adalah menstimulir pertumbuhan, memperbanyak anakan dan menyeragamkan pertumbuhan berikutnya. Regrowth terjadi setelah dilakukan pemotongan sehingga hasilnya dapat berproduksi. Rumput setelah dipotong akan tumbuh lagi dan diambil hasilnya untuk pakan ternak (Reksohadiprodjo, 2004). Tanaman akan mengalami pertumbuhan kembali setelah dilakukan potong paksa. Potong paksa yang paling baik dilakukan pada periode vegetatif sehingga karbohidrat dalam tanaman masih mencukupi untuk proses pertumbuhan kembali (Soegiri et al., 2000).

BAB III

MATERI DAN METODE

                                                              Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak dengan materi Pengelolaan Hijauan Pakan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 April 2013 sampai dengan hari Jumat tanggal 21 Juni 2013 di Lahan Penanaman dan Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi

            Materi yang digunakan dalam praktikum Pengolahan Hijauan Pakan adalah tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum), biji jagung, pupuk SP36, pupuk urea dan pupuk KCL. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, gunting, timbangan, kantong sempel, ember dan penggaris.

3.2.      Metode       

         Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah menyiapkan lahan dengan cara mencangkul dan menyiramnya. Membuat petak ukuran 3x3 m untuk rumput gajah dan ukuran 2x2 m untuk tanaman jagung. Menanam rumput dengan jarak tanam 1 meter dan jagung dengan jarak tanam 0,5 meter. Penanaman dimulai setengah jarak tanam dari tepi petak. Rumput gajah menggunakan bahan tanam stek dan jagung dengan menggunakan bahan tanam biji. Memupuk tananaman untuk pertama kali bersamaan dengan waktu tanam untuk semua tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP36, KCL sesuai dengan dosis anjuran. Memupuk urea sebanyak 3 kali, diawal penanaman, tengah dan akhir, untuk SP36 dan KCL hanya 1 kali. Menyiangi tanaman setiap minggu dan melakukan penyiraman sesuai dengan kebutuhan tanaman. Mengamati pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan di setiap minggunya. Memanen tanaman pada akhir masa vegetatif yaitu pada umur 70 hari, kemudian menghitung produksi segar dan bahan kering hijauannya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Teknik Budidaya Tanaman

            Istilah teknik budidaya tanaman di turunkan dari pengertian kata-kata teknik, budidaya dan tanaman. Teknik budidaya tanaman meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemupukan pengairan, penyiraman, defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa teknik memiki arti pengetahuan atau kepandaian membuat sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman menunjukan pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tertentu. 

4.1.1.   Pengolahan lahan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan pengolahan lahan yang dilakukan dengan cara konvensional yang di lakukan dengan langkah buat petak ukuran         3 x 3 m untuk rumput gajah dan 2 x 2 m untuk jagung, kemudian membersihkan tanaman liar yang ada di sekitar petak, membuat gundukan sebagai area penanaman. Hal ini sesuai dengan Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa pengolahan lahan secara konvensional dapat dilakukan dengan langkah membersihkan lahan-lahan (land clearing), pembajakan (ploughing), dan penggaruan (harrowing). Mas’ud (2002) menambahkan bahwa pengolahan lahan memerlukan tahapan antara lain persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pengairan dan penyiangan. Pengaturan air dimaksudkan agar daerah perakaran tanaman cukup mendapat air selama pertumbuhanya.

4.1.2.   Penanaman        

        Penanaman hijauan dilakukan dengan biji untuk tanaman jagung dan stek atau plos untuk rumput gajah. Stek ditanam dalam lajur-lajur dan biji dalam lubang. Sesuai pendapat Soetardi (2009) yang menyatakan bahwa umumnya penanaman tanaman dapat dilakukan dengan stek yang di tanam dalam lajur-lajur, pols dalam lubang atau biji dalam tanaman. Penanam benih di beri jarak tanam yaitu 1 x 1 m untuk rumput gajah dan 0,5 x 0,5 m untuk jagung dengan kedalaman tanam dan arah lajur penanaman yang disesuaikan. Jarak tanam akan mempermudah penyiangan dan pemberian pupuk. Jarak tanam mempengarui populasi tanaman, pengguanan air serta zat hara sehingga berpengaruh pada hasil tanam. Jarak dalam barisan dan antar barisan menentukan kerapatan yang mempengaruhi penampilan dan produksi tanama, terutama dikarenakan koefisien penggunaan cahaya. Kedalaman tanam dipengaruhi oleh tipe perkecambahan, kandungan air dan oksigen tanah. Apabila keping biji mucul ke atas permukaan tanah maka penanaman di lakukan lebih dangkal untuk efisien penggunaan cahaya. Penanaman dilakukan dengan arah utara selatan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Kuswandi (2003) yang menyatakan bahwa penanaman dengan arah baris timur barat lebih baik dari pada arah utara selatan karena apabila keeping biji muncul ke atas permukaan tanah lebih efisien dalam penggunaan cahayanya.

4.1.3.   Pemupukan

Pemupukan urea dilakukan sebanyak tiga kali, pupuk SP36 dan KCL hanya 1 kali. Menurut Poerwowidodo (2001), pemupukan dilakukan untuk menambah hara tanah, sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi, dijelaskan pula pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah, karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya. Menurut Lingga (2000) pupuk biasanya diberikan dapat pula diberikan melalui daun dan batang sebagai larutan. Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara tanah sehingga tanaman menjadi subur yang pada akhirnya akan mengurangi erosi. Pemupukan akan mempertahankan kesuburan tanah karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman selanjutnya. Kurnia (2004) menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, pada lahan ukuran 2 x 2 pada Pertumbuhan jagung dengan dosis pupuk urea sebanyak 92 kh/ha, SP36 dengan dosis 72 kg/ha, KCL dengan dosis 100 kg/ha. Pada lahan ukuran 3 x 3 pada pertumbuhan rumput gajah dengan dosis pupuk urea sebanyak 92 kh/ha, SP36 dengan dosis 72 kg/ha, KCL dengan dosis 100 kg/ha. Hal ini ditunjang dengan kondisi iklim selama penelitian yaitu curah hujan cukup tinggi, suhu harian antara 26,00-39,60 oC, dan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 80,00-94,00%. Menurut Manaw (2005), penanaman dengan menggunakan sistem tiga strata tanpa pemupukan melaporkan produksi segar rumput gajah adalah 2,14 kg/m2.

4.1.4.   Pengairan

            Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan pengairannya menggunakan air sungai. Pengairan atau irigasi merupakan proses pemberian air pada tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kegiatan pengairan meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, mengalirkannya melalui saluran-saluran ke tanah atau lahan pertanian, dan membuang kelebihan air ke saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan tanaman (Kurnia, 2004). Secara umum, pengairan berguna untuk mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam tinggi, membersihkan kotoran atau sampah dalam saluran air, dan menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu dan hama penyakit. Dalam pengairan dikenal istilah pemakaian air konsumptif dan kebutuhan air tanaman. Pemakaian air konsumptif (consumptive water use) adalah jumlah air tanaman pada suatu areal pertanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, pembentukan jaringan tanaman dan diuapkan dari permukaan tanah dan air (Arsyad, 2001). 

4.1.5.   Penyiraman

            Berdasarkan praktikum penyiraman di lakukan pada sore hari, penyiraman menjadi sangat penting bagi pengolahan lahan, penyiraman yang baik dan benar atau secara optimal dapat meningkatkan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000) yang menyatakan bahwa faktor penyiraman menjadi sangat penting karena penyiraman yang baik dan benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian. Penyiraman dilakukan secara merata ke seluruh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Mas’ud (2002) curah hujan ang menyatakan bahwa yang cukup dan merata pada seluruh bagian dalam tiap bulan membantu pertumbuhan tanaman. Pengairan hendaknya diberikan sampai daerah perakaran tanaman.

4.1.6.   Defoliasi

Berdasarkan hasil praktikum Defoliasi untuk rumput dilakukan saat tanaman umur 70 hari atau 2 bulan 10 hari. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Reksohadiprodjo, (2004) yang menyatakan bahwa pemotongan rumput pada musim penghujan dilakukan setiap 30–50 hari sedangkan pemotongan pada musim kemarau setiap 50–60 hari, pemotongan pada jagung di lakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan pengambilan hijauaanya di lakukan 60-70 hari. Pemotongan tanaman dengan menyisakan bagian tanaman kira-kira 5 cm di atas tanah. Sesuai pendapat Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah frekuensi tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, pemotongan paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan, kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya.


4.2.      Pertumbuhan Rumput Gajah

4.2.1.   Pertambahan Jumlah Daun


Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Grafik 1. Jumlah Daun Rumput Gajah

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa, jumlah daun meningkat dari awal minggu pertama hingga minggu kesepuluh. Hasil defoliasi pertama atau pengurangan jumlah daun sebelum penanaman dapat mengakibatkan peningkatan daya tumbuh daun, pertumbuhan daun harus segera ditingkatkan mengingat fungsi daun yang sangat penting yaitu sebagai media fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, Hal ini sesuai dengan pensapat Sutopo (2005) bahwa fotosintesis menyediakan baik berupa karbon maupun energi bagi organisme hidup dan menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan aerobik. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil. 

4.2.2.   Pertambahan Tinggi Tanaman

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Grafik 2. Tinggi Rumput Gajah

            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada minggu ke minggu tinggi tanaman bertambah dengan sangat cepat, ini karena pengaruh pupuk yang diberikan bersamaan dangan proses penanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedomo (2001) bahwa pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur hara primer (N, P, K), Secara umum fungsi kalium bagi tanaman yaitu membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem, fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel, fungsi Nitrogen bagi pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

 4.3.      Pertumbuhan Jagung

4.3.1.  PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN

Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013

Grafik 3. Jumlah Daun Jagung

            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa, jumlah daun meningkat dari awal minggu pertama hingga minggu sepuluh. Hasil defoliasi pertama atau pengurangan jumlah daun sebelum penanaman dapat mengakibatkan peningkatan daya tumbuh daun, pertumbuhandaun harus segera ditingkatkan mengingat fungsi daun yang sangat penting yaitu sebagai media fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2005) bahwa fotosintesis menyediakan baik berupa karbon maupun energi bagi organisme hidup dan menghasilkan oksigen dalam atmosfer yang penting bagi semua bentuk kehidupan aerobik. Fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan senyawa organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari dan klorofil.

 

4.3.2.   Pertambahan Tinggi Tanaman

 


 Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.

Grafik 4. Tinggi Tanaman Jagung

            Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada minggu ke minggu tinggi tanaman bertambah dengan sangat cepat, ini karena pengaruh pupuk yang diberikan bersamaan dangan proses penanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedomo (2001) bahwa pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur hara primer (N, P, K), Secara umum fungsi kalium bagi tanaman yaitu membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem. Fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel. Fungsi Nitrogen bagi pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Sesuai dengan pendapat Najiyanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan kembali secara langsung berhubungan dengan jumlah daun yang tersisa untuk menangkap cahaya dan mendukung fotosintesis. Dengan pemotongan atau penggembalaan yang terlalu parah, terjadi penundaan pertumbuhan aktif, sampai tanaman dapat mengembangkan kembali daun yang memadai untuk mendukung pertrumbuhan. Sedangkan pada minggu kedua, ketiga, dan keempat. Pertambahan tinggi tanaman melambat karena energi yang diperlukan digunakan untuk pertumbuhan daun sebagai alat fotosintesis, dengan fotosintesis tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

  4.4.      Produksi Rumput Gajah

4.4.1.   Produksi Bahan Segar

            Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Produksi Bahan Segar

Produksi (kg/m2)

BS kg/ha

1,5

270000

Sumber: Data

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan rata-rata produksi hijauan tiap rumpun tanaman adalah 1,5 kg dengan pengambilan 1 kg untuk sampel BK dengan masing-masing rumpun menggunakan produksi hijauan sebanyak 12,5 gr dari defoliasi hari ke 70 setelah tanam. Hasil p roduksi BS yaitu 1,5 kg/m2 atau 15.000 kg/ha. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pendapat Manaw (2005) yang menyatakan bahwa penanaman tanpa menggunakan pemupukan melaporkan produksi segar rumput gajah adalah 2,14 kg/m2. Kurnia (2004) menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang optimal. Faktor lain yang membuat produksi rendah adalah pengairan yang kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000)yang menyatakan bahwa faktor pengairan menjadi sangat penting karena pengairan yang baik dan benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian.

primer praktikum produksi

4.4.2.   Produksi Bahan Kering

            Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Produksi Bahan Kering

Produksi (kg/m2)

BK kg/ha

24,04

2404,5

Sumber: Data primer praktikum produksi hijauan makanan ternak.

            Hasil praktikum didapatkan hasil bahwa produksi bahan kering rumput gajah setelah di oven sebesar 17 gr, maka diperoleh produksi bahan kering rumput gajah sebesar 10.151,527 kg BK/tahun/ha. Kandungan bahan kering yang tinggi diduga karena adanya perbedaan lokasi penanaman, waktu dan iklim saat penanaman hingga panen, serta umur rumput gajah yang masih muda saat di defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansyur et al. (2004) yang menyatakan bahwa proporsi BK yang dikandung oleh rumput berubah seiring dengan umur tanaman, makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya, begitu sebaliknya jika umur tanaman masih muda maka akan lebih banyak kandungan airnya.

 

 

 

 

  4.5.      Produksi Jagung

4.5.1.   Produksi Bahan Segar

            Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 9. Produksi Bahan Segar

Produksi (kg/m2)

Produksi (kg/ha)

3

120000

Sumber: Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013 

            Berdasarkan hasil praktikum didapatkan rata-rata produksi hijauan tiap rumpun tanaman adalah 0,75 kg dengan pengambilan 1 kg untuk sampel BS dengan masing-masing jagung menggunakan produksi hijauan sebanyak 250 gr dari defoliasi hari ke 70 setelah tanam. Hasil produksi BS yaitu 1,5 kg/m2 atau 120.000 kg/ha. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pendapat Manaw (2005) yang menyatakan bahwa penanaman tanpa menggunakan pemupukan melaporkan produksi segar jagung adalah 2,05 kg/m2. Kurnia (2004) menambahkan bahwa produksi tanaman yang rendah diduga karena dosis perlakuan pemupukan yang digunakan masih rendah pula, sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis pupuk N, P, dan K untuk memperoleh hasil produksi yang optimal. Faktor lain yang membuat produksi rendah adalah pengairan yang kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2000) yang menyatakan bahwa faktor pengairan menjadi sangat penting karena pengairan yang baik dan benar dapat meningkatkan produksi tanaman dan keuntungan dari bidang tanah pertanian.

4.5.2.   Produksi Bahan Kering

            Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Produksi Bahan Kering

Produksi (kg/m2)

BK kg/ha

0,33

13200

Sumber: Data primer praktikum produksi hijauan makanan ternak.

            Hasil praktikum didapatkan hasil bahwa produksi bahan kering rumput gajah setelah di oven sebesar 11 gr, maka diperoleh produksi bahan kering jagung sebesar 1.601,49 kg BK/tahun/ha. Kandungan bahan kering yang tinggi diduga karena adanya perbedaan lokasi penanaman, waktu dan iklim saat penanaman hingga panen, serta umur tanaman yang masih muda saat di defoliasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansyur et al. (2004) yang menyatakan bahwa proporsi BK yang dikandung oleh rumput berubah seiring dengan umur tanaman, makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya, begitu sebaliknya jika umur tanaman masih muda maka akan lebih banyak kandungan airnya.

     BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.      Kesimpulan

            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan jagung dan rumput gajah dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari mutu atau kualitas bibit, sedangkan faktor eksternalberasal dari lingkungan meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan. Pertumbuhan jagung dan rumput gajah tiap minggunya semakin bertambah, dan pertambahan daunnya juga bertambah.  

 

5.2.      Saran

            Dalam melaksanakan praktikum mahasiswa harus lebih rajin dalam melakukan pengamatan tiap minggunya dan dalam proses pengovenan agar lebih lama supaya mendapatkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2001. Pengawetan tanah dan air. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Harjadi, S. 2006. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Kurnia, U. 2004. Penetapan Pemakaian Air Konsumptif dan Kebutuhan Air Irigasi pada beberapa Varietas Tanaman Padi Sawah. Tesis Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Lingga , P. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mas’ud. 2002. Teknologi Pengolahan Tanah. Angkasa, Bandung.

Najiyanti, S dan Danarti. 2001. Petunjuk Mengairi dan Menyiram Tanaman. Penebar Swadaya,Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 2004. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi ke tiga. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rismunandar, 2004. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Edisi Pertama. Sinar Baru Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar