Sabtu, 23 Maret 2019

LAPORAN KIMIA ANALISA KUANTITATIF


BAB I
PENDAHULUAN
Analisis kuantitatif adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang di analisis.
Analisis dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya. Dalam cabang ilmu kimia, analisis berarti peguraian bahan menjadi senyawa-senyawa penyusunnya yang kemudian dapat dipakai sebagai data untuk menetapkan komposisi (susunan) bahan tesebut. Analisis Kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat  tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
Tujuan praktikum analisis kuantitatif adalah untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan menentukan kadar asam cuka. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu mengenal metode analisis kuantitatif dan menerapkannya dalam menentukan kadar asam cuka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Analisis Kuantitatif
            Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konstituen yang diinginkan atau analit. Jika analisis itu merupakan lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analisis itu dianggap sebagai konstituen utama (major) dianggap konstituen kecil (minor),  jika banyaknya antara 0,01 – 1% dari sampel. Akhirnya, suatu zat yang hadirnya kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen rumutan (trace). Bila tersedia sampel seberat lebih dari 0,1 gram, analisa tersebut disebut makro, analisis semi makro dilakukan terhadap sampel yang beratnya antara 10- 100 mg, analisis mikro sampel yang beratnya 1- 10 mg, dan analisis ultramikro pada orde 1 mikrogram (1 µg = 106 g) (Day and Underwood, 2002).
Analisis volumetrik merupakan suatu analisis kuantitatif yang dilakukan dengan  jalan mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan Analisis kuantitatif yang merupakan salah satu jenis dari kimia analitik. Analisis volumetrik juga disebut sebagai analisis titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan dengan zat lain yang konsentrasinya telah diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan konsentrasi. Reaksi positif  (+)  maka titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda yang tetap. Reaksi penetralan antara asam lemah dan basa kuat akan menghasilkan garam yang bersifat basa (hidrolisasi sebagian) sehingga indikator PP memberikan warna merah muda pada akhir titrasi (Burhan Bungin, 2003). Volume yang digunakan untuk membedakan konsentrasi substansi yang larut dalam larutan, dinamakan sebagai analisis kuantitatif atau analisis volumetri    (Day and Underwood, 2002).
Larutan yang diketahui konsentrasinya ini disebut dengan larutan baku. mengukur volume larutan tersebut harus ditambahkan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan baku ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Day dan Underwood, 2002). Analisa kuantitatif merupakan suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat dalam suatu larutan (Iginato Tinoco, 2002).

2.2.      Macam-macam Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif dibagi menjadi tiga yaitu analisis volumetri, gravametri, idiometri, asidimetri dan alkalimetri.

2.2.1.   Volumetri
Volumetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi. Tujuan dari analisis volumentri adalah untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu. Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari reaksi netralisasi, reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks, dan reaksi redoks. Volumetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya. Reaksi-reaksi dalam volumetri misalnya reaksi netralisasi HCl dengan NaOH yang menghasilkan NaCl dan H2O, reaksi pengendap AgNO3 dengan NaCl yang menghasilkan AgCl dan NaNO3, reaksi reduksi-oksidasi 2FeCl3 dengan SnCl2 yang menghasilkan 2FeCl2 dan SnCl4 (Aisyah, 2009).

2.2.2.   Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan bagian analisa kuantiatif untuk menentukan jumlah zat berdasarkan pada penimbangan dari hasil reaksi setelah bahan atau analit yang dianalisis diperlakukan terhadap pereaksi tertentu. Hasil reaksi dapat berupa gas atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis dan residu. Gravimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam–garam klorida. dapat dilakukan dengan cara evaluasi direaksikan sehingga timbul suatu gas caranya dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari. Cara pengendapan, dalam cara pengendapan bahan direaksikan, sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu akan ditimbang (Vogel, 2013).


2.2.3.   Idiometri
            Idiometri ialah salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan larutan kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebaskan dengan titrasi kembali dengan mempergunakan natrium kosulfat (Vogel, 2013). Iodo termasuk titrasi redoks (reduksi dan oksidasi). Iodium merupakan reaksi oksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganate. Senyawa kalium iodide merupakan suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat, lebih kuat dari Iodometri. Akan tetapi, banyak reaksi oksidasi lebih kuat untuk bereaksi dengan ion Iodida secara sempurna (Day and Underwood, 2002).

2.2.4.   Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri adalah  pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Burhan Bungin, 2003). Titrasi Asidimetri-Alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa  (Day and Underwood, 2002).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Kimia Dasar dengan materi Analisis Kuantitatif dan Karbohidrat dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 06 Oktober 2013 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 
3.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis kuantitatif antara lain buret yaitu tempat untuk mentitrasi larutan, erlenmeyer 100 ml  sebagai tempat larutan, pipet volume 10 ml untuk mengambil larutan dengan volume tertentu, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil larutan dalam jumlah kecil, filler atau karet penghisap untuk menghisap larutan, labu ukur untuk tempat larutan, klem dan statif sebagai penjepit. Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis kuantitatif adalah Asam Oksalat (H2C2O4).2H2O, NaOH 0,1 N, Fenolftalein (PP) 1%, asam cuka (CH3COOH). 
3.2.      Metode
3.2.1.   Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah memasukkan Asam Oksalat ke dalam buret, memipetkan 10 ml NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein. Menitrasi dengan Asam Oksalat standar sampai warna merah indikator tepat hilang. Mencatat volume Asam Oksalat yang diperlukan. Melakukan titrasi sebanyak 2 kali, dan menghitung konsentrasi NaOH yang sesungguh.

3.2.2.   Penetapan kadar asam cuka
Metode yang digunakan adalah memasukkan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret, mengambil 10 ml asam cuka “sukasari, mengencerkan menjadi 250 ml dengan labu takar, memipetkan 10 ml asam cuka yang telah diencerkan, memasukkan ke dalam 2 tabung erlenmeyer yang berbeda, menambahkan 5 tetes indikator Fenolftalein dan mengaduknya. Menitrasi larutan  tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tetap. Mengulangi titrasi 2 kali lagi untuk erlenmeyer yang lain. Mencatat volume NaOH yang diperlukan dan menghitung kadar asam cuka.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar
            Berdasarkan praktikum Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar

Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I                Titrasi II                 Rata-rata
9,8 ml                                                                            9,5 ml                                                                        9,56 ml
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
            Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa hasil perhitungan normalitas NaOH adalah sebesar 0.123 N. Hasil itu diperoleh dari perhitungan yang menggunakan volume titran asam oksalat yang digunakan dalam menstandarisasi larutan NaOH. Pada titrasi pertama dibutuhkan asam oksalat sebanyak 9,9 ml, dan pada titrasi kedua dibutuhkan asam oksalat sebanyak 9,85 ml sehingga diperoleh rata-rata sebesar 9,85 ml. Hasil tersebut diperoleh dari hasil titrasi yang dilakukan untuk menstandarisasi NaOH. Pada saat asam oksalat di titrasi sebanyak 12.03 ml kedalam larutan NaOH, larutan kemudian berwarna merah karena pengaruh Fenolftalein, pada saat itu pula larutan NaOH berubah menjadi bening. Pada saat terjadi perubahan warna itu titrasi dihentikan karena larutan NaOH sudah mencapai titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warna. Warna itu merupakan tanda bahwa sejumlah larutan asam telah ditambahkan yang ekuivalen dengan jumlah basa pada larutan yang dititrasi. Burhan Bungin (2003) menambahkan bahwa larutan telah mencapai titik ekuivalen dengan terjadinya perubahan warna.
            Pada perhitungan harga normalitas NaOH diperoleh hasil 0.123 N. Padahal pada kenyataannya harga normalitas NaOH adalah sebesar 0.1 N. Ketidaksamaan hasil perhitungan itu disebabkan oleh kesalahan saat menentukan titik akhir titrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan bahwa perubahan warna tidak selalu tepat pada saat titik ekuivalen tercapai. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rivai (2006) yang menyatakan bahwa dalam praktiknya titrasi dilakukan dengan menggunakan indikator yang perubahan warnanya menunjukan akhir titrasi, tidak mesti tepat pada titik ekuivalen tetapi sebaliknya mungkin terjadi pada nilai pH yang berbeda. Normalitas NaOH yang diperoleh dari hasil praktikum sudah mendekati harga normalitas sesungguhnya.
 4.2.      Penetapan Kadar Asam Cuka
            Berdasarkan praktikum pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka

Volume NaOH (ml)
Titrasi I                 Titrasi II                         Rata-rata
14,3 ml                                                                     16,1 ml                                                                     5,2ml
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2013.
            Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa hasil perhitungan kadar asam cuka  adalah sebesar 22,002%. Larutan asam cuka yang dititrasterjadi perubahan warna imenjadi merah karena mencapai titik ekuivalen. Hal ini sesuai dengan pendapat Iginato Tinaco (2002) yang menyatakan bahwa titik ekuivalen itu telah tercapai apabila telah terjadi perubahan warna. Hasil perhitungan kadar asam cuka “Sukasari” yaitu sebesar 22,002% berbeda dengan kadar asam cuka yang tertera pada kemasan yaitu sebesar 10%. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan kesalahan pada saat titrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan bahwa menggunakan buret dengan penyetelan nol otomatis dengan alat pengalir ketidak- pastian pembacaan buret, penyetelan titik nol dan penempatan titik akhir titrasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Simpulan
Berdasarkan  praktikum analisis kuantitatif proses titrasi dipengaruhi oleh larutan standar, indikator, dan saat pencapaian ekuivalen yang menetukan ketepatan titik akhir titrasi. Hasil perhitungan normalitas NaOH berbeda dengan harga normalitas NaOH yang sesungguhnya. Pada penentuan kadar asam cuka diperoleh kadar cuka Sukasari yang masih jauh dari kadar Sukasari yang tertera pada kemasan.

5.2.      Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah agar praktikan lebih teliti saat melakukan percobaan dan pastikan alat yang digunakan bekerja dengan baik sebelum melakukan pratikum, dalam melakukan percobaan harus sesuai dengan prosedur yang seharusnya agar hasil percobaan yang dilakukan memperoleh hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2009. Kimia organik. Universitas Terbuka, Jakarta.
Buku Ajar Vagel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik:Jakarta:EGC Hal   864.Connell,Dows.Don Gregery J.Miller

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kuantitatif. Pustaka Media, Jakarta.

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta

Iginato, Tinaco. 2002.Physycal Chomistry Principles and Applications In Biological Science.Gramedia, Jakarta

Mulyono, P. 2006. Membuat Reagen Kimia. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Rivai, Harrizul. 2006.  Asas Pemeriksaan Kimia.Universitas Indonesia, Jakarta.

1 komentar:

  1. Coin Casino | Best Casino Online | Bonus Code
    › casino › casino Play the best slots, roulette, blackjack & other popular casino 인카지노 games. ⭐ หาเงินออนไลน์ Best Coin Casino Games ✓ 100% Bonus up 1xbet to $1600.

    BalasHapus