Sabtu, 23 Maret 2019

laporan praktikum fisiologi ternak



BAB I
MATERI DAN METODE
            Praktikum Fisiologi Ternak dengan materi pengenalan anatomi organ digesti yang dilaksanakan pada hari selasa, 1 april 2014, pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,Universitas Diponegoro, Semarang.

1.1.      MATERI
            Bahan yang yang digunakan dalam praktikum Anatomi Organ Digesti adalah awetan organ pencernaan ruminansia, pseudoruminansia dan monogastrik sebagai objek pengamatan. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris, yang berfungsi untuk mengukur panjang dan lebar setiap preparat awetan organ pencernaan, sarung tangan lateks dipakai untuk melindungi kulit tangan praktikan sampai pergelangan dari bahaya cairan formalin untuk preparat, masker dipakai untuk melindungi praktikan dari bau menyengat saat melakukan pengamatan, alat tulis untuk mencatat data panjang dan lebar setiap organ yang diamati, serta berfungsi untuk menggambar organ secara urut dari awal sampai akhir, kamera digunakan untuk mendokumentasi foto organ pencernaan untuk hasil dan pembahasan.



1.1.             METODE
Metode dilakukan dengan cara meletakkan preparat awetan organ pencernaan satu persatu ke atas trash bag yang sudah disediakan, mengurai preparat menurut urutan pencernaan dari esophagus sampai ke anus, mengukur setiap organ dengan penggaris kemudian mencatat dalam buku dengan alat tulis dan menggambarnya sesuai urutan pencernaan, mendokumentasikan organ pencernaan dengan kamera.



BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.      SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan kambing yang sebagai hewan ruminansia maka diperoleh hasil sebagai berikut:




Keterangan :
  • Esofagus
  • Rumen
  • Retikulum
  • Omasum
  • Abomasum
  • Usus 
  • halus
  • Sekum
  • Usus besar
  • Rektum  

Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan ruminansia organ pencernaan kambing menunjukan bahwa ukuran yang paling besar adalah rumen karena rumen merupakan organ pencernaan yang menyimpan pakan dan di dalamnya terjadi fermentasi oleh mikroba, tidak hanya rumen tetapi retikulum juga memfermentasikan pakan dengan bantuan mikro organisme, hal ini sesuai dengan pendapat Mujamdar (2001) yang menyatakan bahwa rumen dan reticulum bekerja bersama-sama sebagai tempat utama bagi berlangsungnya proses fermentasi, kedua bagian perut ini berisi jutaan mikroba yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Limbang (2002) yang menyatakan bahwa rumen mempunyai fungsi sebagai lokasi proses fermentasi nutrient / zat makanan, tempat terjadinya proses absorbsi dari hasil akhir fermentasi (VFA) yang mekanisme absorbsinya untuk masing-masing asam lemak yang berbeda, begitu juga reticulum yaitu tempat absorbsi hasil akhir fermentasi seperti VFA yang belum sempat diabsorbsi di rumen akan diabsorbsi di dalam reticulum.

2.2.      SALURAN PENCERNAAN PSEU-DORUMINANSIA 

            Berdasarkan hasil pengamatan saluran pencernaan pseudoruminansia yang dilakukan pada organ pencernaan kelinci maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Keterangan :
1.      Esofagus
2.      Lambung
3.      Usus halus
4.      Sekum
5.      Usus besar
6.      Rektum
7.      Anus
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat perbedaan dari organ pencernaan dari kelinci yaitu ukuran sekum yang relatif besar, karena didalamnya terjadi fermentasi setelah pakan mengalami pencernaan secara mekanik di lambung, hal ini sesuai dengan pendapat Ryan Masanto dan Ali Agus (2014) yang menyatakan bahwa kelinci termasuk hewan pseudoruminansia, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik, binatang ini memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di sekum.
2.3.      SALURAN PENCERNAAN NON RUMINANSIA

            Berdasarkan pengamatan saluran pencernaan non ruminansia yang dilakukan pada ternak ayam dapat diperoleh hasil sebagai berikut :Keterangan :



1.      Esophagus
2.      Crop
3.      Proventiculus
4.      Gizzard
5.      Usus halus
6.      Usus besar
7.      Sekum
8.      Kloaka


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan dapat diketahui bahwa ayam memiliki organ pencernaan yang tidak dimiliki oleh hewan ruminansia yaitu adanya crop atau tembolok, proventikulus, gizzard dan seka. Tembolok merupakan bagian modifikasi esophagus yang berfungsi sebagai penyimpanan makanan sementara terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa crop atau tembolok merupakan bagian yang melebar di salah satu sisi kerongkongan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan sementara. Proventikulus merupakan perut kelenjar sedangkan gizzard adalah organ yang memecah pakan, hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa proventikulus disebut juga perut kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak dan empedal atau gizzard disebut juga perut maskular yang merupakan kepanjangan dari proventikulus, fungsi utama empedal adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnnnya dengan air.



2.4.      PERBEDAAN ANTARA RUMINANSIA, PSEU-DORUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
Dari ketiga jenis hewan yang diamati dalam pembahasan mengandung beberapa organ yang membedakan hewan yang satu dengan yang lainnya, yang merupakan ciri dan fungsi menurut kebutuhan akan mencerna pakan yang dikonsumsi seperti hujauan dan biji-bijian, berikut perbedaan organ dengan fungsi utama.
Ruminansia memiliki 4 lambung yang terdiri dari rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Pada rumen terjadi fermentasi yang dilakukan oleh mikroba, begitu juga dengan retikulum, namun pada retikulum hanya membantu mengabsorbsi hasil akhir fermentasi yang dilakukan di rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujamdar (2001) yang menyatakan bahwa rumen dan reticulum bekerja bersama-sama sebagai tempat utama bagi berlangsungnya proses fermentasi, kedua bagian perut ini berisi jutaan mikroba yang kegiatannya melakukan fermentasi terhadap makanan. Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Limbang (2002) yang menyatakan bahwa rumen mempunyai fungsi sebagai lokasi proses fermentasi nutrient / zat makanan, tempat terjadinya proses absorbsi dari hasil akhir fermentasi (VFA) yang mekanisme absorbsinya untuk masing-masing asam lemak yang berbeda, begitu juga retikulum yaitu tempat absorbsi hasil akhir fermentasi seperti VFA yang belum sempat diabsorbsi di rumen akan diabsorbsi di dalam retikulum.
Kelinci merupakan herbivora yang memakan hijauan yang memiliki satu lambung, berbeda dengan ruminansia yang memfermentasikan pakan sebelum pencernaan secara mekanin, pada kelinci pakan dicerna secara mekanik terlebih dahulu baru pakan masuk ke sekum yang besar untuk di fermentasikan, hal ini sesuai dengan pendapat Masanto dan Agus (2014) yang menyatakan bahwa kelinci termasuk hewan pseudoruminansia, yaitu hewan herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik, ternak ini memfermentasi pakan di usus belakangnya. Fermentasi tersebut hanya terjadi di sekum.
Ayam memiliki organ pencernaan yang tidak dimiliki oleh hewan ruminansia dan pseudoruminansia yaitu adanya crop atau tembolok, yang berfungsi sebagai penyimpan pakan sementara dan terjadinya pencampuran dengan air untuk membantu pelunakan biji-bijian, proventikulus dan gizzard. Proventikulus merupakan perut kelenjar sedangkan gizzard adalah organ yang memecah pakan, hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa proventikulus disebut juga perut kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Gizzard disebut juga perut maskular yang merupakan kepanjangan dari proventikulus, fungsi utama gizzard adalah memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnnnya dengan air.



BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum tentang sistem pencernaan pada ternak ruminansia, pseudoruminansia dan monogastrik dapat disimpulkan bahwa sistem  pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari esophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus kecil, sekum, usus besar dan anus. Pada ternak ruminansia, lambung dibagi menjadi 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Sedangkan pada ternak pseudoruminansia terdiri dari esophagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar dan anus. Saluran pencernaan dimulai dari mulut dimana di dalam mulut, pakan mengalami penghancuran pertama dengan cara pengunyahan secara mekanis oleh gigi menuju esophagus. Kemudian makanan menuju ke lambung dan di lambung terjadi proses enzimatis. Setelah itu, makanan menuju ke usus halus dan di teruskan ke sekum lalu menuju ke usus besar dan selanjutnya ke anus. Pada ternak pseudoruminansia hanya memiliki lambung tunggal dan sederhana. Lalu pada monogastrik pencernaan di mulai dari esophagus, crop atau tembolok, proventikulus, gizzard, usus kecil, seka, usus besar dan kloaka.




DAFTAR PUSTAKA
Limbang, K.N. 2002. Ilmu Ternak Ruminansia (Sapi Perah). Universitas Diponegoro. Semarang.
Masanto,R. dan A. Agus. 2014. Beternak Kelinci Potong. Wisnu Hijau. Depok.
Mujamdar. 2001. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna,E., dan U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Yuwanta,T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar