Sabtu, 23 Maret 2019

PENGETAHUAN LINGKUNGAN TERNAK


LINGKUNGAN FAKTOR PEMBATAS DALAM PETERNAKAN

Performa atau produktivitas yang tinggi dari seekor ternak pada umumnya dan unggas pada khususnya merupakan tujuan akhir dari usaha peternakan.

Seorang peternak akan berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kemampuan ternak yang dipeliharanya untuk berproduksi sebesar mungkin. Seperti halnya seorang peternak ayam petelur akan semaksimal mungkin berusaha agar ayam petelur yang dipeliharanya bisa menghasilkan telur dengan ukuran sebesar mungkin dan jumlah sebanyak mungkin dalam satu periode bertelur. Begitu pula peternak ayam pedaging akan berusaha semaksimal mungkin agar ayam pedaging yang dipeliharanya memiliki bobot badan yang seberat mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Semua orang yang berkecimpung dalam dunia peternakan pasti sudah mengetahui bahwa Penotipe = Genotipe + Lingkungan, atau biasanya disingkat dengan P = G + E. Dan jika terdapat interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan maka ditulis sebagai P = G + E + GE. Faktor genetik merupakan faktor keturunan yang dibawa sejak lahir dan bersifat tetap, sedangkan faktor lingkungan merupakan kesempatan atau peluang untuk memaksimalkan peran faktor genetik yang dimilikinya dan bersifat tidak tetap atau bisa berubah dari waktu ke waktu. Yang termasuk faktor lingkungan meliputi makanan, manajemen serta lingkungan hidup di mana ternak dipelihara.

Faktor-faktor tersebut adalah suhu, cahaya, tingkah laku ternak, penyebab penyakit dan lain sebagainya (Stanley, 1983). Sedangkan Mc. Dowell (1972) menyebutkan bahwa faktor-faktor pembatas produksi ternak di wilayah tropis diantaranya adalah iklim (suhu, radiasi sinar dan humiditas), penyakit dan parasit, potensi genetik ternak endogen yang belum dibudidayakan dengan baik, cara pemberian pakan dan manajemen yang kurang baik, peternak yang kurang terlatih dan kurang pengalaman serta kelangkaan infrastruktur yang berkaitan dengan pengadaan sarana produksi, pengolahan dan pendistribusian hasil-hasil peternakan. Setiap faktor lingkungan bervariasi dalam ruang dan waktu, sehingga tidak heran jika lingkungan sesuatu yang kompleks.

Secara geografis, daerah tropis berada pada area 23°LU dan 23°LS ekuator. Lingkungan yang cocok untuk peternakan disarankan oleh beberapa ahli peternakan adalah daerah yang berada pada 30°LU dan 30°LS. Daerah tersebut diatas mencakup wilayah klimat panas, dimana elevasi ketinggian (altiture) dan curah hujan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas dan pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu, kawasan semacam ini selalu menghadapi problem. Faktor pencemaran yang dapat mempengaruhi produktivitas peternakan dapat berupa polusi suara, misalnya kebisingan, berupa bahan-bahan organik, an-organik dan gas beracun. Bahan-bahan organik yang memiliki kecenderungan dapat menemani peternak diantaranya adalah insektisida, herbisida, fungisida, dan residu-residunya. Sementara air raksa (Hg), timah hitam (Pb) dan kadmium (Cd) merupakan contoh dari bahan-bahan an-organik yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran di duni.
Peternakan, adapun dalil-dalil yang berkaitan dengan lingkungan-ternak sebagai berikut ;

  • Dalil Bergman (1847)

Dalil ini menghubungkan ukuran tubuh ternak dengan iklim. Bangsa ternak dengan ukuran relatif besar terdapat di daerah sedang (untuk sapi disebut Bos taurus), sedang yang bertubuh relatif kecil terdapat di daerah tropik,untuk sapi ini disebut Bos indicus. Ternak ini disamping berukuran relatif kecil masih dilengkapi dengan tambahan lipatan kulit pada tubuh, gelambir, perut berlipat. Karena Bos indicus memiliki luas permukaan per satuan berat tubuh lebih besar dibanding dengan Bos taurus, maka Bos indicus dapat kehilangan panas tubuh per satuan berat badan lebih cepat di banding dengan Bos taurus. Perbedaan ini antara lain menyebabkan Bos indicus memiliki toleransi terhadap panas lebih baik dibanding Bos taurus.

  • Dalil Wilson (1854).

Dalil ini menghubungkan selubung tubuh dengan iklim. Rambut yang halus, panjang (seperti wol), rebah, lapisan lemak bawah kulit yang tebal, ditemukan pada ternak hidup di daerah kaku, dengan kulit tipis serta tanpa atau dengan lapisan lemak tipis bawah kulit ditemukan pada ternak yang hidup di daerah tropik.

  • Dalil Gloger (1833)

Dalil ini menghubungkan warna kulit dengan iklim. Adanya pigmen pada kulit yang tidak berambut menunjukkan adanya proteksi terhadap sinar ultra ungu matahari di daerah tropik. Ternak dengan rambut berwarna terang yang ditemukan di daerah tropik dimaksudkan guna meningkatkan daya pemantulan radiasi di daerah sedang. Peningkatan sekresi sebum karena suhu lingkungan meningkat daya pantul dan sekaligus sebagai perlindungan terhadap radiasi matahari di daerah tropik.

  • Dalil Claude Bernard (1876)

Dalil ini menghubungkan iklim dengan reaksi metabolik tubuh ternak, yang berada pada berbagai macam lingkungan memiliki mekanisme pengendalian konversi dan disipasi panas, kecepatan aliran darah, konsumsi pakan, dan reaksi neroendokrin misalnya aktifitas kelenjar tiroid dan adrenal yang berlainan.


body temperature regulation
  • Poikiloterm
Hewan yang suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan (thermotherm, endotherm)
  • Homeotherm
Suhu tubuh selalu sama walaupun suhu lingkungan berubah-ubah
  • Endotherm
Suhu tubuh semata2 bergabung pada lingkungan
  • Zona thermonetral
Kisaran suhu lingkungan masih nyaman untuk tubuh hewan ternak
  • ·         Teori glukostatik
Teori ini menjelaskan tentang keadaan hiperglikemia yang dapat menjadi rangsangan kuat bagi pusat kenyang, nukleus ventromedialis hipotalami, untuk memberikan rasa kenyang, dan sebaliknya keadaan hipoglikemia yang merangsang pusat lapar, nukleus lateralis hipotalami, untuk memberikan rasa lapar.
  • ·         Teori lipostatik
Teori ini berpendapat bahwa jaringan adiposa akan mengirimkan sinyal humoral yang sebanding dengan jumlah lemak dalam tubuh, sehingga hipotalamus akan merespon dengan menurunkan regulasi intik makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Inti teori ini adalah penghambatan pada pusat lapar yang dipengaruhi oleh kadar lemak dalam tubuh, dan berkaitan erat dengan kerja hormon leptin. Pada kasus obesitas hipotalamik, mekanisme penghambatan pusat lapar tidak berjalan dengan baik sehingga terjadi regulasi intik makanan tanpa rasa kenyang.

  • Termostatik

Saat suhu lingkungan terasa panas maka tubuh tidak terlalu banyak memproses sari pakan untuk melalukan pembakaran jadi makan sedikit terasa kenyang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar